Teroris juga Menggunakan Elevator Pitch ala Start Up

Analisa

by nurdhania

Setiap judul episode drama korea Start-Up, diambil dari istilah-istilah yang ada di dunia bisnis khususnya perusahaan rintisan. Kita bisa lebih memahami sedikitnya penjelasan dari istilah tersebut dalam scene di tiap episodenya. Pada episode 14, drama start-up mengambil judul elevator speech, atau yang biasa dikenal dengan elevator pitch yang dididefiniskan sebagai ucapan persuasif untuk mengutarakan ide secara singkat, sesingkat menaiki lift. Hal ini dibahas dalam scene percakapan antara Yongsan dengan Han Jipyeong saat Yongsan meminta masukan dan pendapat dari Han Ji Pyeong perihal rencana bisnis Yongsan dan teman-teman kedepannya.

Suara hati Yongsan berbicara, bahwa kita harus meyakinkan seseorang melalui perkataan singkat dan efektif yang dapat merubah hati atau pikirannya. Tidak perlu waktu yang lama, 1 menit saja cukup.

Elevator pitch sangat diperlukan ketika nanti harus mempresentasikan bisnis kita saat bertemu dengan calon investor atau customer dalam waktu yang sangat singkat. Elevator pitch perlu dilatih dan dikuasai karena ini berguna jika sewaktu-waktu kita bertemu dengan orang yang potensial, kita tidak kehilangan kesempatan berharga.

Teknik yang diambil dari filosofi lift ini, nampaknya juga dipakai oleh para teroris ketika ingin merekrut anggota baru. Tentu berbeda dalam beberapa hal.

Ali Imron (terpidana kasus bom bali), dalam wawancaranya Bersama Rosi Silalahi di Kompas TV pada 2017 silam, pernah berkata bahwa tidak lama untuk memahamkan seseorang (menjadi teroris), cukup 2 jam. Ia bisa memprovokasi sampai siap bunuh diri. Menurutnya, orang-orang yang direkrut biasanya sudah memiliki basis pengetahuan tentang jihad dan tinggal diarahkan, dipoles kemudian dibelokkan.

Hal ini terdengar mustahil, karena balik lagi semua itu membutuhkan proses. Namun, hal ini bisa saja terjadi jika adanya keterkaitan satu sama lain, antara faktor pendorong dan penariknya. Jika kita hubungkan memang hanya beberapa orang saja yang terekrut. Keterkaitan dari faktor eksternal seperti lingkungan, kondisi sosial, kondisi politik, didukung faktor internal, berupa motivasi untuk memberontak, pemahaman yang keliru terhadap suatu ideologi, kekecewaan terhadap sistem, kegalauan atau pencarian jati diri  dan delusi superhero.

Hal ini juga tentu soal saran. Seorang recruiter harus paham calon kliennya. Ada beberapa hal yang sering mereka tanyakan ke calon klien. “Tujuan hidupmu apa?” , “kamu ga merasa empati dengan kaum muslimin yang tertindas di timur tengah atau Indonesia?”, “Punya banyak uang, kok tidak membantu saudara yang sedang berjihad di Poso?”, dan masih banyak lagi. Pertanyaan renungan yang bisa merubah hati dan pikiran.

Zaman sekarang pola rekrutmen sangat beda dengan zaman JI. Orang bisa terlibat jaringan ketika harus mengikuti kajian-kajian rutin dan butuh waktu yang lama. Sekarang? Hanya beberapa bulan pun udah buru-buru pengen hijrah ke suriah seperti saya dulu. Dalil-dalil Quran-hadith, bumi yang diberkahi, menjadi seorang muslim sejati, sampai janji surga mereka gunakan untuk menarik hati para orang-orang yang memiliki motivasi berontak, kecewa terhadap keadilan dan sedang galau.

Hal ini didukung dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin pesat. Seperti media sosial. Penyebaran propaganda melalui grup atau channel serta penguatan dari anggota atau simpatisan lainnya. Semakin cepatlah ideologi atau ajakan ini melalui elevator pitch masuk ke si individu.

Komentar

Tulis Komentar