Nama Jamaah Islamiyah (JI) kembali menjadi sorotan pemberitaan banyak media di penghujung tahun 2020 ini. Dalam kurun waktu kurang dari satu bulan, 23 terduga teroris dari kelompok JI ditangkap di wilayah Lampung dan sekitarnya. Tanggal 16 Desember yang lalu 23 orang itu dipindahkan ke rumah tahanan milik POLRI di Cikeas.
Yang menghebohkan dari serangkaian penangkapan para terduga teroris dari kelompok JI itu ada tiga, yaitu :
Pertama, terungkapnya penggalangan dana melalui ribuan kotak infaq yang tersebar di beberapa kota di seluruh Indonesia. Kotak infaq itu dikelola oleh sebuah yayasan sosial yang legal dan berbadan hukum, serta telah lama beroperasi. Tak ayal hal ini mencengangkan banyak pihak. Tapi tidak dengan saya yang merupakan mantan binaan JI yang nakal. Saya hanya terkejut dengan jumlahnya, namun tidak terkejut dengan modusnya. Nanti kita bahas ini.
Kedua, tertangkapnya Upik Lawanga alias Taufik Bulaga yang menjadi DPO sejak tahun 2005-2006. Kasus yang disangkakan kepadanya salah satunya adalah bom di pasar Tentena Sulawesi Tengah. Bagaimana ia bisa bertahan selama itu sebelum akhirnya tertangkap menjanjikan kisah tentang betapa rapinya organisasi JI itu.
Ketiga, tertangkapnya Zulkarnaen yang disebut-sebut sebagai mantan panglima askari (sayap militer) JI dan menjadi DPO sejak pasca Bom Bali 1 2002. Bagaimana JI bisa menyimpan beliau selama itu tanpa diketahui oleh para anggota yang lain? Juga menjanjikan kisah tentang betapa rapinya organisasi JI itu.
Hari ini orang-orang jadi bertanya-tanya bagaimana mereka bisa menjalankan sebuah organisasi tanpa terdeteksi oleh masyarakat dan bahkan oleh aparat negara? Dari wilayah operasional penyebaran kotak infak itu bisa diketahui betapa luasnya jaringan mereka.
Menguraikan apa itu JI dan bagaimana pola gerakannya serta kiprahnya hingga hari ini mungkin satu atau dua buku tidak cukup untuk menjelaskannya. Tapi secara ringkas saya akan menyederhanakannya untuk Anda.
Sebagai sebuah gerakan mereka punya sebuah ideologi dan cita-cita. Menegakkan syariat Islam melalui dakwah dan jihad adalah ruh perjuangan JI. Itulah mengapa kerja JI itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian dakwah dan bagian militer. Bagian dakwah adalah bagian yang terbuka, legal, dan bersentuhan langsung dengan umat Islam pada umumnya. Sedangkan bagian militer adalah bagian sirri (yang dirahasiakan) yang bahkan mayoritas anggota –apalagi simpatisannya– tidak mengetahuinya.
Jihad bisa ditunda sampai umat membutuhkan jihad, namun tidak dengan dakwah dan aktivitas sosial membangun umat. Aktivitas dakwah dan membangun umat inilah yang akan terus mereka gencarkan. Tak peduli dengan adanya aktivitas di sayap militernya.
Tetapi yang jadi masalah adalah di bagian askari (militer). Meskipun sejak pasca Bom Bali 1 di dalam tubuh JI mulai ada pertentangan tentang boleh tidaknya melakukan amaliyah di Indonesia, tetapi dalam hal persiapan menuju jihad atau kami biasa menyebutnya dengan i’dad (persiapan) mayoritas anggota dan kader JI masih sepakat akan kewajiban itu.
Tidak mengherankan bila banyak kader JI yang mengikuti program pelatihan Aceh di tahun 2010 tapi sebelumnya tidak mau membantu kelompok Noordin M Top. Itu karena narasinya adalah bahwa yang di Aceh itu adalah pelatihan yang merupakan bagian dari i’dad.
MIT itu pun awalnya juga program pelatihan. Banyaknya orang-orang yang bergabung di periode awal adalah karena narasi i’dad itu.Anak-anak muda Poso yang ikut pelatihan periode awal itu bercerita kepada saya di penjara, bahwa Santoso mengajak ia dan kawan-kawannya untuk ikut pelatihan militer adalah agar mereka memiliki bekal keahlian bila nanti meletus konflik komunal antara muslim-nasrani. Banyak yang ikut karena narasi ini.
Lalu kira-kira apa hubungannya penggalanan dana melalu ribuan kotak infak di minimarket-minimarket dengan penemuan senjata rakitan dalam bunker yang –katanya– dibuat oleh Upik Lawanga sejak Agustus 2020 yang lalu?
(Bersambung)
FOTO DOK POLRI
Salah satu tersangka dari total 23 tersangka terorisme digiring keluar dari Markas Brimob Polda Lampung, Rabu 16 Desember 2020. Para tersangka disebut Polri adalah anggota kelompok Jamaah Islamiyah.