Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengunjungi lokasi budidaya ikan lele yang dikelola mantan narapidana terorisme (napiter) di Kampung Sumur Adem Kelurahan Bangetayu Kulon Kecamatan Genuk Kota Semarang, Minggu (20/12/2020) pagi.
Orang nomor satu di Jawa Tengah itu tiba di lokasi sekira pukul 07.30 WIB. Ganjar pagi itu berkaus olahraga warna putih, celana pendek dan menggunakan helm sport. Pagi itu Ganjar bersepeda alias gowes ke lokasi itu.
Di lokasi, Ganjar kemudian berbincang dengan pengelola di sana yakni Sri Pujimulyo Siswanto alias Puji. Dia 2 kali masuk penjara karena terorisme.
“Sekarang saya bersama warga di sini dengan Pak RT budidaya lele, juga bersama Yayasan Persadani,” kata Puji kepada Ganjar.
Pak RT yang dimaksud adalah Hendi Kartika, Ketua RT3/RW11 wilayah itu. Hendi sehari-hari berprofesi sebagai musikus tak bisa manggung sebab pandemi Covid-19. Budidaya lele jadi alternatif mata pencaharian untuk sumber penghasilan.
Sementara Yayasan Persadani akronim dari Putra Persaudaraan Anak Negeri, yayasan yang menaungi para mantan napiter di Jawa Tengah khususnya wilayah pantura dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Hari ini, anggota Yayasan Persadani ada 26 orang.
Pagi itu, Ketua Yayasan Persadani Machmudi Hariono alias Yusuf bersama bendaharanya yakni Nur Afifudin juga ada di tempat budidaya lele di Genuk itu. Yusuf sendiri sempat tersangkut terorisme kasus Bom Sri Rejeki Semarang tahun 2003 silam, sementara Nur Afifudin kasus Poso tahun 2007 silam ditangkap. Yusuf tinggal di daerah Gisikdrono Kota Semarang sementara Nur Afifudin tinggal di Semarang Tengah.
Puji sendiri sempat 2 kali masuk penjara, menyembunyikan Noordin M Top dan dr Azhari pada 2005 dan menyembunyikan Imron Bayhaqi alias Abu Tholut pada 2010.
Yusuf pagi itu juga berdialog dengan Ganjar. Dia bercerita pengalamannya, salah satu pintu masuk terorisme adalah balutan ideologi.
“Masuk lewat nilai agama, tapi pada level tertentu disimpangkan, maunya satu warna (tidak ada perbedaan), memfitnah. Padahal ajaran Islam nggak mengajarkan seperti itu,” kata Yusuf.
Reintegrasi Sosial
Hendi Kartika selaku ketua RT setempat merasa tak keberatan berkolaborasi dengan warga meskipun seorang mantan napiter.
Baginya, semua warga harus mendapat perlakuan sama, tidak membeda-bedakan. Hendi percaya memberikan kesempatan untuk berbuat baik bisa berdampak kebaikan.
“Jadi meskipun ada mantan napiter bagi saya tidak masalah, dari Pak Puji ini dan teman-temannya (Yayasan Persadani) malah bisa memberikan hal positif, kegiatan yang sangat positif di sini,” kata Hendi.
Sementara, Ganjar Pranowo berpesan l, baik kepada warga maupun mantan napiter untuk terus berbuat kebaikan. Pengalaman masa lalu dijadikan pelajaran berharga, agar tidak terulang termasuk juga untuk masyarakat luas.
“Jadi hari ini kita melihat teman-teman kita, saudara-saudara kita yang sedang berreintegrasi sosial dengan masyarakat,” kata Ganjar.
FOTO RUANGOBROL.ID/EKA SETIAWAN