Madani Film Festival 2020 sudah selesai digelar pada 4 Desember 2020 lalu. Berbeda dengan penyelanggaraan pada tahun sebelumnya, tahun ini Madani Film Festival 2020 digelar secara online. Pada gelaran tahun ketiga Madani Film Festival kali ini, mengangkat tema Re(Dis) Covery yaitu dari kata recovery, dan rediscovery, yang memiliki makna “pemulihan” dan juga “menemukan kembali”.
Bersama tema ini, penonton dibawa untuk menelusuri film dan juga diskusi-diskusi yang memberikan pembacaan ulang dan juga pembacaan baru terhadap film-film yang diangkat berdasarkan beberapa tema tertentu. Misalnya program Fokus: Rhoma Irama “Gitar dan Dakwah”. Penonton diajak untuk menelusuri kembali karya-karya Rhoma Irama, dilengkapi dengan diskusi yang membahas film-film dakwah pada masa Orde Baru.
Untuk membahasa film-film tersebut dihadirkan oleh para peneliti internasional, serta disempurnakan dengan bincang bersama duo living legend, Rhoma Irama dan Garin Nugroho pada 3 Desember 2020. Karya-karya Rhoma menjadi referensi penting yang membuktikan bahwa musik dan film menjadi media dakwah sekaligus medium kritik politik yang ampuh pada masa orde baru.
Selama 2 minggu penyelenggaraan, sebanyak 7 tema program, dan 41 judul film yang dapat diakses melalui kanal kwikku.com, Klik Film, viddsee.com. Lalu dilengkapi dengan diskusi-diskusi yang berlangsung setiap hari, yaitu sebanyak 14 diskusi, serta sebanyak 20 partner yang terlibat dalam penyelenggaraan Madani Film Festival 2020.
“Seluruh kegiatan festival tahun ini diadakan secara online. Tahun ini lebih banyak diskusi dan proses kurasi yang juga berbeda. Kami mengkurasi film yang sudah ada di digital platform partner kami. Kami juga mengundang 5 pembicara internasional di tahun ini, yaitu dari USA, Afghanistan, Belanda, Thailand, dan juga Malaysia,” Kata Direktur Festival Sugar Nadia
Sugar mengaku senang melihat antusiasme yang menyaksikan festival secara daring. Menurut Sugar banyak juga audiens di luar Jakarta yang hadir, seperti dari Malang, Jogjakarta, Pekanbaru, Bali, Sumatera dan juga Papua, dan kota-kota lainnya. Selain dari Indonesia ada juga peserta yang berasal dari manca negara, seperti dari Jepang, Amerika Serikat, Thailand, Singapore, Malaysia dan Belgia.
Selain itu diskusi yang digelar sepanjang penyelenggaraan sudah ditonton ribuan kali oleh penonton. Contohnya “Bincang Garin Nugroho dan Rhoma Irama” sudah ditonton 1.400 views dalam satu hari. Sugar menambahkan Madani Film Festival juga menampilkan dan membuka ruang diskusi melalui kisah-kisah keberagaman masyarakat Muslim dunia. Lewat medium film sebagai media bercerita, Festival ini bertujuan mengajak masyarakat Muslim Indonesia tidak hanya terpaku pada satu narasi tunggal dan lebih toleransi menyikapi keberagaman.
Sementara itu Sutradara Garin Nugroho menyampaikan bahwa peradaban adalah suatu kerja iqra (membaca) dan ijtihad (menafsir). Karena itu menurut Garin, Madani Film Festival kali ini adalah sebuah kerja “rediscovery” menemukan dan kemudian membangkitkan kembali, lewat berbagai film, diskusi dan juga literasi.
“Terima kasih atas dukungan semua pihak, karena Madani Film Festival akan terus melakukan suatu kerja untuk kita bersama, dengan iqra dan ijtihad, lewat beragam karya, sehingga peradaban makin kaya dan makin beragam, yang menjadi esensi Madani Film Festival,” kata Sutradara banyak film itu.
Sekadar diketahui Madani Film Festival diinisiasi oleh Mizan dan Pabrikultur. Tahun ini dipersembahkan oleh Dewan Kesenian Jakarta, juga didukung oleh Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Partner program bersama Kineforum, East Cinema, BINUS University. Official Digital Platform bersama Kwikku.com, Klik Film dan juga Viddsee. Koran Tempo, Tempo.co, REPUBLIKA, Alif.id, ruangngobrol.id, Islami.co, NU online dan Seputar Event sebagai rekan media di tahun ini.