Madani Film Festival Akan Tayangkan Tiga East Film

News

by Akhmad Kusairi

Meskipun di tengah situasi pandemi COVID-19, Madani Film Festival tetap digelar pada tahun ini. Tema yang diusung pun Re(dis)covery. Tema Madani pada tahun 2020 ini merupakan dua suku kata yang berasal dari recovery yang berarti pemulihan dan rediscovery yang berarti penemuan kembali.

Tema ini diambil sebagai sebuah pembacaan atas kondisi dunia saat ini yang tengah dilanda pandemi dan berbagai kesulitan lainnya. Dengan harapan akan pulih dan kemudian menemukan kembali kehidupan dan keberagaman masyarakat madani.

Menurut Anggota Board Madani Film Festival, Inaya Wulandari Wahid, tema yang diambil menyesuaikan dengan dengan situasi Pandemi COVID-19. Menurut puteri Gusdur itu, pandemi COVID-19 mengharuskan semua orang untuk berdiam diri di rumah. Selain itu Inayah mengingatkan bahwa kita harus segera bangkit dari keterpurukan.

“Di tengah problem kejenuhan, kita dipaksa rehat untuk memandang ulang segala sesuatu, untuk menemukan arti baru dari yang sudah ada. Di tengah pandemi kita berupaya untuk pulih, untuk recover dari apa yang pernah kita alami,” kata Inayah dalam dalam konferensi pers yang digelar secara daring Selasa (17/11) kemarin

Sementara itu Ketua Dewan Kesenian Jakarta, Danton Sihombing pun memaparkan tujuan yang diusung dalam perhelatan Madani Film Festival tahun ini. Menurut Danton Madani Film Festival orientasinya adalah internasional. “Kita mesti mengambil sebuah posisi unik dari festival lain. Spiritnya ini inklusif, yakni merangkul isu terkini masyarakat muslim Indonesia dan juga global,” kata Danton

Sebagai rangkaian acara Madani Film Festival 2020 yang akan dimulai dari 20 November hingga 4 Desember tersebut akan digelar rangkaian penayangan film-film yang memotret kehidupan masyarakat Muslim Global. Di antaranya tiga Film dari Afghanistan yang berjudul Elephantbird, The Lady with Purple Shoes dan Water. Ketiga film tersebut semuanya disutradarai oleh Sineas Afghanistan Jalal Rouhani.

Menurut Sofia Setyorini yang berasal dari I cinema, alasan mengangkat film dari wilayah konflik seperti Afghanistan karena ingin mengangkat sekaligus menghargai hasil jerih payah mereka dalam membuat film.  “Kenapa Afghanistan? Karena hampir tiap hari pengeboman terjadi. Buat film bukan hal yang mudah. Mereka meresikokan hidup mereka untuk buat film,” kata Sofia

Selain tantangan keamanan, pembuatan film di Afghanistan juga tidak mendapat dukungan dari Pemerintah di sana. Buktinya baru-baru ini Gedung Cinema bersejarah mereka dirobohkan oleh pemerintah di sana. “Di Afghanistan itu hampir tiap hari ada bom. Misalnya pada 2 November terjadi ledakan bom di sebuah Kabul University. Bom itu menewaskan puluhan orang. Kalau melihat Film Asia, kita pasti akan melihat Film Korea atau Jepang. Tapi bagaimana dengan Afghanisan?” kata Sofia

Selain tiga film dari Afghanistan tersebut, pada Madani Film Festival juga akan ditayangkan soal Masyarakat Muslim yang tinggal di Thailand yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Film ini ingin menunjukkan bahwa Muslim yag di Thailand punya banyak kesamaan dengan Muslim di Malaysia maupun Indonesia. Madani Film Festival 2020 selain menayangkan film-film bagus dari belahan dunia Islam, juga akan mengadakan diskusi Film bersama dengan Raja Dangdut Rhoma Irama. Diskusi dengan topik “Gitar dan Dakwah” itu juga akan menghadirkan Sutradara kawakan Garin Nugroho dan peneliti musik dan perfilman Indonesia asal Amerika Serikat, Andrew Weintraub.

Festival Film Madani adalah festival film berskala internasional bertujuan menggambarkan kehidupan kaum muslimin di pelbagai belahan dunia. Dengan demikian khalayak di Indonesia lebih memahami beragamnya kehidupan, nilai-nilai Islam, mimpi dan harapan dari kaum Muslimin yang lain, yang pada gilirannya menumbuhkan rasa persaudaraan dan toleransi antarumat manusia.

Komentar

Tulis Komentar