Beberapa negara Timur Tengah menyatakan untuk melakukan boikot produk-produk dari Perancis. Bukan hanya negara Timur Tengah, Indonesia sebagai negara mayoritas muslim juga merespon pernyataan Presiden Macron yang dianggap menghina islam. Seruan boikot produk Perancis juga bertebaran di media sosial. Bagaimana itu bisa terjadi? Berikut kronologinya
2012
Charlie Hebdo, sebuah majalah di Perancis merilis sebuah karikatur yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW. Majalah yang bernada satir tersebut disebut menghina islam karena bagi muslim di dunia, menggambarkan wajah Rasulullah adalah dilarang. Muslim dari berbagai negara pun mengecam hal tersebut, tak terkecuali pemimpin negara.
7 Januari 2015
Said dan Cherif Kouachi melakukan penembakan secara membabibuta ke kantor Charlie Hebdo. Setidaknya 12 orang tewas dan 11 lainnya terluka dalam peristiwa tersbeut. Pelaku berafiliasi dengan Al Qaeda. Bukan hanya penembakan, beberapa penyerangan juga terjadi sejak 7-9 Januari 2015 yang menewaskan 2 orang.
Oktober 2020
Samuel Patty, seorang guru yang mengajar pelajaran kewarganegaraan dengan tema kebebasan berekspresi. Selama kelas berlansung, ia menunjukkan ke beberapa muridnya beberapa karikatur yang dibuat oleh Charlie Hebdo pada 2012 dan gambar-gambar Nabi Muhammad. Ia juga menjelaskan tentang penembakan di kantor majalah satir tersebut sebagai ancaman kebebasan berpendapat.
Keesokan harinya, Brahim Chnina melaporkan atas penyebaran konten pornografi kepada polisi sebagai komplain. Chnina adalah ayah dari salah satu siswa yang mengetahui adanya gambar-gambar tersebut. Patty justru menuduh Chnina melakukan pencemaran nama baik. Hal ini karena anak dari Chnina tidak ada di kelas saat ia menunjukkan gambar tersebut.
Hal ini kemudian meluas setelah Chnina mengunggah klaim-nya di Youtube dan Facebook tentang apa yang dilakukan Patty. Ia juga mengajak orang tua lain turut aktif dalam aksi yang akan ia galang untuk melawan premanisasi guru.
9 Oktober 2020
Masjid Agung de Pantin menerbitkan video di halaman facebook bahwa mereka menuntut Patty bersama orang tua murid dan akan menemui kepala sekolah. Hal ini karena Patty telah menunjukkan karikatur Nabi Muhammad.
16 Oktober 2020
Abdoullakh Abouyedovich Anzorov menunggu di depan gerbang sekolah Patty. Ia bertanya ke beberapa murid tentang sosok Patty. Ketika Patty keluar, ia mengikuti Patty dari sebelah kiri dan memenggal Patty dengan pisau sekita pukul 5 sore.
Tak lama, beredar sebuah cuitan di twitter yang diduga milik Anzorov dengan pesan kepada Presiden Perancis bahwa ia telah membunuh salah satu pengikut kafir yang menghina Nabi Muhammad SAW.
Polisi menangkap Anzorov sekitar 600 meter dari lokasi. Ia ditembak ketika akan melawan dengan pisau dan meninggal dunia. Dari smartphone yang dibawa Anzorov, polisi menemukan beberapa tulisan pertanggungjawaban dan foto-foto tubuh Patty.
21 Oktober 2020
Presiden Macron mengunjungi sekolah tempat Patty bekerja. Ia mengatakan bahwa kejadian kemarin adalah serangan teroris. Ia juga mengatakan bahwa teroris telah membunuh rekan mereka karena mengajari anak-anak kebebasan berpendapat. Tak ketinggalan, Charlie Hebdo juga merilis sebuah ungkapan “horror and revolt” kepada keluarga dan teman Patty.
23 Oktober 2020
Dewan Agama Muslim Perancis mengirimkan teks untuk himbauan dalam khutbah Jumat. Teks tersebut berisi bahwa pembunuhan tersebut mebgerikan dan gangguan di Perancis saat ini adalah radikalisme, kekerasan dan terorisme yang mengaku sebagai islam. Ia juga menuliskan bahwa selama ini mereka menjadi sasaran anti muslim tapi yang lain juga menjadi korban tindakan provokasi dan permusuhan.
26 Oktober 2020
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengecam pernyataan Presiden Perancis. Ia menyerukan kepada bangsa Turki, untuk tidak membeli merek-merek Prancis. Hal itu ia tegaskan dalam pidato di televisi. Seruan ini kemudian direspon oleh berbagai negara di Timur Tengah dan negara mayoritas muslim dengan melakukan kampanye boikot produk Perancis.