Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi. Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19, pemerintah tengah menyusun peta jalan (roadmap) vaksinasi tersebut.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Rapat Terbatas Senin (12/10) menjelaskan bahwa dalam peta jalan itu, Nantinya vaksin COVID-19 akan diberikan kepada lima kelompok sasaran.
Menurut Airlangga, sasaran pertama pemberian vaksin adalah garda terdepan dalam penanganan pandemi ini. Sasaran pertama ini meliptui tenaga medis dan aparat penegak hukum, seperti TNI, Polisi, dan pelayanan publik. Jumlah sasaran pertama ini berjumlah sebanyak 3,4 juta orang.
Sementara sasaran kedua adalah masyarakat, tokoh agama, dan perangkat daerah yang meliputi, kecamatan, Desa atau kelurahan, dan pengurus RT RW. Jumlah sasaran kedua ini menurut Airlangga sebanyak 5,6 juta orang.
Sedangkan sasaran ketiga, adalah guru dan tenaga pendidik di semua jenjang pendidikan. Mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA, sampai sederajat perguruan tinggi. Jumlah guru, dosen dan tenaga pendidik ini menurut Airlangga sebanyak 4,3 juta orang.
Lebih lanjut politisi Partai Golkar itu menambahkan sasaran keempat, adalah aparatur pemerintah (ASN) yang meliputi pemerintah pusat, daerah dan legislatif (DPR). Penerima pada sasaran keempat menurut Airlangga adalah sebanyak 2,3 juta penerima vaksin. Terakhir lanjut Airlangga pemberian vaksin kepada Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan sebanyak 86 juta orang.
“Ini subtotalnya 102 juta (orang) dan masyarakat yang usianya antara 19-59 tahun sebesar 57 juta (orang), total 160 juta (orang),” kata Airlangga. Airlangga juga menambahkan untuk pengadaan Vaksin pihaknya menjajaki kerjasama dengan sejumlah pihak. Selain itu Pemerintah juga terus mendorong produksi vaksin sendiri melalui vaksin merah putih. Menurut Airlangga Sinovac, Sinopharm, dan Cansino telah menyampaikan komitmennya untuk memasok vaksin di Indonesia.
Perusahaan Pembuat Vaksin asal China, Sinovac yang bekerjasama dengan Bio Farman lanjutnya sudah sepakat menyediakan sebanyak 143 juta dosis vaksin.
“Dengan Sinopharm, di tahun 2020 ini sekitar 15 juta (dosis). Kemudian juga dengan CanSino menjanjikan kita sekitar 100 ribu (dosis) di akhir Desember dan tahun depan sebesar 15 juta. Saat ini Menteri Kesehatan dan Menteri BUMN juga sedang melakukan negosiasi final dengan AstraZeneca untuk pengadaan 100 juta dosis vaksin,” tutupnya
Sementara itu Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/ BRIN) dalam menanggulangi COVID-19 melakukan sejumlah riset dan inovasi untuk 3T (testing, tracing, dan treatment) terkait vaksin Covid-19.
Menurut Bambang untuk screening yang lebih akurat sekaligus membantu testing, ada dua inovasi yaitu GeNose, hasil riset Universitas Gadjah Mada dan RT-LAMP, hasil penelitian LIPI. Bambang menjelaskan GeNose, bisa mendeteksi keberadaan virus COVID-19 dengan menggunakan hembusan nafas.
“Alat ini lebih murah dan lebih akurat. Pendekatan ini bisa menghasilkan upaya screening dan juga deteksi yang lebih cepat, tidak sampai 2 menit,” kata Bambang.
GeNose sendiri kata Bambang telah diuji klinis tahap pertama di rumah sakit di Yogyakarta. Hasilnya diperoleh tingkat akurasi dibandingkan PCR test adalah 97 persen. Saat ini pihaknya sedang melakukan uji klinis yang lebih luas lagi di berbagai rumah sakit.
“Kalau tingkat akurasinya tinggi, mendekati 100 persen, maka GeNose ini bisa menjadi solusi screening yang nantinya akan mengurangi ketergantungan terhadap PCR test,” kata Bambang.
Sementara teknologi testing RT-LAMP yang dikembangkan LIPI, bersifat rapid swab test. Menurut Bambang RT-LAMP bisa dilakukan dengan waktu yang lebih cepat di bawah 1 jam dan tanpa menggunakan laboratorium BSL-2. Selain itu RT-LAMP ini, juga bisa menjadi solusi bagi rumitnya testing yang menggunakan PCR.
Inovasi lainnya menurut Bambang adalah penggunaan 19 menggunakan teknologi plasma konvalesen untuk terapi pasien. Teknologi ini sudah dilakukan uji klinis fase 1 dan tidak ditemukan efek samping yang serius dari terapi tersebut. Hal ini merupakan salah satu upaya sebelum disebarkannya vaksin Covid-19.
“Teknologi rapid test Covid-19 produksi dalam negeri yang sudah di-launching sekitar bulan Mei tahun ini. Produksinya per bulan ini sudah 350.000 dan diperkirakan bulan depan sudah bergerak naik menuju 1-2 juta per bulan,” pungkas Bambang