Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Boy Rafli Amar mengingatkan bahwa terorisme masih menjadi ancaman serius di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Menurut Boy melalui propaganda yang dikemas secara menarik, kelompok teror berhasil mendapatkan simpati dari masyarakat.
Berkat dari masifnya propaganda yang dilancarkan oleh ISIS itu menjadi salah satu sebab banyaknya warga negara asing termasuk Warga Negara Indonesia yang ingin hidup di bawah naungan Khilafah ala ISIS. Mereka berangkat hijrah dan berjihad beserta keluarganya di Irak maupun di Suriah yang ketika itu dikuasai oleh ISIS.
Berdasarkan catatan Boy hingga saat ini terdapat sekitar 1.500 WNI yang tergabung dalam FTF. 80 di antaranya anak di bawah usia 10 tahun.
“Hal ini terkait dengan adanya propaganda di mana salah satunya menjanjikan fasilitas dan keuntungan yang menggiurkan di antaranya gaji bulanan, pendidikan gratis, hunian tetap, perawatan dan pengobatan gratis,” kata Boy Rafli saat dalam kuliah Umum bertajuk “Tantangan dan Strategi Penanggulangan Terorisme di Indonesia” yang diselenggarakan Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI) pada Jumat (9/10/2020).
Lebih lanjut Boy menambahkan para FTF itu melalui propaganda itu mereka diiming-imingi kehidupan yang enak dan mudah. Selain menurut Boy propaganda tersebut juga berpotensi menggantikan ideologi Pancasila dengan paham-paham kekerasan, intoleransi, dan radikal terorisme.
Guna menangkal propaganda kelompok radikal di dunia maya, pihaknya di BNPT menyiapkan BNPT TV Chanel yang akan segera launching akhir bulan Oktober mendatang. Menurut Boy, lewat platform berbasis aplikasi dan website ini, BNPT akan menyajikan konten-konten kreatif yang diharapkan dapat mengedukasi dan meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya radikal terorisme.
Menurut Boy BNPT TV Chanel merupakan salah satu staretgi yang dilakukan BNPT selaku koordinator penanggulangan terorisme di Indonesia. Menurut Boy dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018, BNPT diamanatkan untuk melakukan pencegahan terorisme melalui kesiapsiagaan nasional, kontra radikalisasi dan deradikalisasi. Tak hanya itu, BNPT juga menjadi koordinator utama tim Sinergisitas Antar 38 Kementerian dan Lembaga yang merupakan program pencegahan terorisme dengan pendekatan humanis melalui pembangunan kesejahteraan.
Menurut Boy Aktivitas tersebut menggunakan multi stakeholders approach di mana dalam pelaksanaannya, BNPT melibatkan unsur Kementerian, Lembaga dan masyarakat lintas agama dan budaya hingga negara sahabat dalam mengentaskan terorisme. Kolaborasi ini menjadi penting mengingat permasalahan terorisme bersifat multidimensi dan tidak dapat diselesaikan secara parsial.
Sekadar diketahui berdasarkan dati dari berbagai sumber hinggga kini ada sekira 600-an WNI yang sebelumnya bergabung dengan ISIS masih berada di Suriah. Dari angka tersebut sebagian besar terdiri dari Perempuan dan anak-anak. Mereka kini tinggal di kamp Pengungsian di bawah koordinasi SDF. Sementara para Laki-laki ditahan di beberapa Penjara SDF. Sebelumnya Pemerintah memutuskan tidak akan memulangkan perempuan dan laki-laki dari Suriah. Indonesia hanya akan memulangkan anak-anak di bawah umur sepuluh tahun. Namun rencana tersebut hingga belum terlaksana lantaran Pandemi COVID-19.