Rektor Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya Masdar Hilmy mengatakan paham Radikalisme masuk ke perguruan tinggi masuk melalui gerakan tarbiyah di dalam Organisasi Ekstra Kampus. Isu yang dibawa oleh gerakan tarbiyah menurut Masdar biasanya seputar hubungan agama dan negara. Isu tersebut menurut Masdar merupakan isu yang biasa saja jika dibaca secara kritis. Namun akan menjadi masalah jika dipahami secara ekslusif dan pemahana tunggal.
Lebih lanjut Masdar menyampaikan jika dulu paham radikalisme hanya masuk ke Universitas sekelur. Namun. Sejak IAIN bertranformasi ke dalam UIN sekarang ini juga ada dijumpai juga. “Misalnya di UIN Jakarta, kemudian di Bandung. Itu menurut BIN dan BNPT. Kampus-kampus ini menurut lembaga itu menjadi tempat persemaian paham radikal,” kata Masdar Hilmy dalam Webinar Menyoal Evektivitas Aturan Pencegahan Ekstremisme di Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Wahid Foundation pada (29/09/2020).
Lebih lanjut Masdar menambahkan dalam dunia akademis yang kritis sangat terbuka terhadap semua pemahaman sejauh menjadi objek kajian. Namun akan menjadi masalah jika tidak bisa didialogkan lagi. Hal itu pun seharusnya tidak juga menjadi masalah jika hanya ada di dalam pikiran.
“Yang jadi masalah kalau mau diaplikasi di dalam kehidupan sehari-sehari. Misalnya kelompok tarbiyah itu punya ajaran. Solusi segala persoalan yang melilit bangsa ini adalah Khilafah. Misalnya. Mereka cenderung tidak kritis terhadap ajaran khilafah. Dianggapnya khilafah ini doktrin dan ajaran yang harus diimplimentasikan kehidupan sekarang ini,”
Masdar menilai pemahaman HTI yang menyebut Khilafah adalah solusi segala masalah itu terlalu menyederhakan persoalan. Karena menurut Masdar mana mungkin obat segala sesuatu itu Khilafah. Karena jaman sekarang dengan jaman dulu punya masalahnya sendiri. Sehingga apa yang benar dan ampuh di masa lalu, belum tentu benar dan ampuh jika diterapkan di jaman sekarang.
“Pemahahan itu terlalu menyederhanakan masalah. Karena kita hidup di jaman yang berbeda. Apa yang benar dan ampuh di masa lalu belum tentu benar dan ampuh di masa sekarang,” imbuhnya
Lebih lanjut Masdar menyoroti soal strategi Perguruan Tinggi dalam menghadapi kampus-kampus yang sudah telanjur terinfiltrasi dengan gerakan-gerakan radikalisme. Dia mengakui jika setiap Kampus berbeda merespons paham radikalisme di Kampus. Menurut Masdar melarang Ustadz dan melarang kajian di Kampus tidak akan menyelesaikan masalah. Pasalnya menurut Masdar di UIN Sunan Ampel sendiri menghadapi paham radikalisme dengan cara berusaha menciptakan ekosistem berislam yang benar. Dia menambahkan jika benar itu maksudnya adalah Islam Washatiyah (moderat).
“Jadi kalau ada paham atau gerakan Islam silakan dikaji monggo. Selama itu masih dalam pemikiran. Namun jika sudah mulai melakukan aksi, maka akan kita berikan sanksi. Biasanya mereka dapat kajian itu bukan dari Dosen Kampusnya. Tetapi berasal dari informasi di luar kampus. Makanya agak sulit kita mengidentifikasi terhadap apa yang dilakukan mahasiswa ,” tegasnya
Kemudian lanjut Masdar Ekosistem Berislam yang benar itu di Kampus itu diaplikasikan dalam bentuk program. Misalnya setiap Dosen setiap mengajar harus memasukkan nilai-nilai Islam Moderat di setiap mata kuliahnya.
“Misalnya ada unit-unit kajian. Kita camkan untuk Wakil Rektor di bidangnya untuk mengawal itu. Sehingga kita bisa melakukan pemantauan anak-anak di Lapangan,” imbuhnya
Lebih lanjut Masdar menambahkan jika ditemukan ada mahasiswa yang kedapatan menganut paham radikal, pihaknya tidak akan langsung memecat atau memberhentikan mahasiswanya. Melainkan akan diberikan pembeninaan terlebih dulu melalui Pembimbing akademik masing-masing.
“Kalau pun ada gejala pengembangan Islam Radikal, kita tidak akan memecat atau memberhentikan mereka yang menganut paham radikal secara langsung. Kita akan memaksimalkan konsultasi akademik. Jadi ada namanya Wali kita akan manfaatkan. Kalau pun tidak bisa, kita mau tidak mau akan panggil paksa. Kalau tetap tidak mau, ya terpaksa akan ambil tindakan,” tuturnya
Menurut Masdar cara yang sama juga dilakukan UIN Sunan Ampel terhadap Para Dosen yang menganut paham radikal. Dia menambahkan pihaknya terlebih dulu akan melakukan komunikasi secara intensif terhadap Dosen tersebut. Kalau tidak bisa baru akan diambil tindakan tegas.
“Ini saya mau cerita, Ada empat Dosen yang kita rekrut sendiri. Kemudian kita ikutkan pra Jabatan. Ketika Upacara gak mau hormat bendera. Mereka menganggap ini Syirik. Ini sebenarnya kejadian pada Jaman sebelum saya. Tapi karena SK-nya saya yang tandatangan makanya saya tahu,” pungkasnya