Sejak Januari 2017, Indonesia telah menerima ratusan deportan simpatisan ISIS dari berbagai negara, mulai dari Turki dengan angka terbanyak, Hongkong dan Singapura. Deportan ini didominasi oleh anak-anak dan perempuan meski tetap ditemukan beberapa laki-laki dewasa.
Mereka yang dideportasi dari Hongkong dan Singapura terjerat oleh masalah hukum setempat. Misalnya kasus T, seorang pekerja migran asal Hongkong yang terdeteksi melakukan hubungan dengan pendukung ISIS di Suriah. Adapun MJ, pekerja migran Indonesia di Singapura yang terjerat cinta dengan pendukung ISIS asal Riau, YF. Negara setempat pun melakukan deportasi kepada yang bersangkutan.
Sedangkan Turki harus memulangkan ratusan orang Indonesia yang mayoritas berkeluarga dan hendak masuk Suriah. Mereka tinggal di beberapa kota di Turki menunggu “antrian” dan “jemputan” masuk Suriah. Orang-orang ini pun diketahui telah tinggal di Turki selama berbulan-bulan bahkan tahunan.
Turki melakukan swiping orang asing setelah meledaknya Bom Istanbul Desember 2016. Terjadi dua kali ledakan diakibatkan dari sebuah bom mobil dan bom pembunuhan diri di Istanbul dan menewaskan 28 orang, 155 lainnya luka. Ledakan ini dipelopori oleh Kurdistan Freedom Falcons yang terinspirasi dari beberapa serangan ISIS sebelumnya hingga 16 ledakan Bom.
Para pendukung ISIS ini ditemukan di berbagai apartemen bersama keluarganya. Aparat Turki membawa mereka ke kantor polisi lokal dan kemudian menuju penjara imigrasi Turki. Setelah melewati pendataan yang melibatkan pihak KBRI Turki, deportan pun kembali ke Tanah Air dengan kecewa. Pupus sudah harapan mereka menjadi bagian dari ISIS.
Sampai di Indonesia, deportan ini melalui proses interogasi. Beberapa deportan terbukti melanggar undang-undang terorisme dengan bukti kuat dan masuk proses penyidikan di Mako Brimob Kelapa Dua sepanjang 2017. Adapun ratusan deportan lainnya mengalami rehabilitasi kurang dari sebulan di PSMP Handayani dan RPTC Bambu Apus dibawah pengawasan Kementerian Sosial dan BNPT. Mereka pulang didampingi oleh pihak panti dan kepolisian setelah menandatangani surat kembali ke NKRI. Mereka juga harus memilik penjamin atas kepulangan mereka.
Seberapa Bahaya Deportan?
Pulang dari rehabilitasi tidak membuat perasaan kadung kecewa ini terobati. Beberapa deportan justru terlibat berbagai aksi. Paling muktahir tentu saja Anggi Indah Kusuma dan Young Farmer beserta kelompoknya empat bulan setelah kepulangan. Masing-masing merupakan deportan dari Hongkong dan Singapura.
Selain Anggi dan Young, 2019 lalu terdengar nama Pak Jenggot. Ia dan kelompoknya berencana melakukan aksi di KPU
saat pengumuman KPU dan Bawaslu. Pak Jenggot alias Endang alias Abu Rafi terdeteksi sebagai bagian dari kelompok Abu Hamzah. Penangkapan pria 51 tahun itu ternyata memiliki hubungan dengan pelaku Bom Surakarta tahun
2016. Keterlibatan ini belum jelas terungkap namun jika memang Pak Jenggot telah memiliki hubungan sebelum ia berencana pergi ke Suriah.
Tentu juga kita tidak bisa mengabaikan aksi sepasang suami istri mantan deportan di Jolo, Filipina. Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh melakukan hubungan dengan kelompok Abu Sayyaf melalui media sosial. Kamah, salah satu anggota kelompok Abu Sayyaf juga mengaku memfasilitasi keduanya hingga ke Gereja pada 27 Januari 2019. Suami Istri ini pun merupakan seorang deportan.
IPAC pernah membahas tentang kemungkinan keterlibatan deportan dalam aksi. Ada tiga faktor keterlibatan deportan dalam aksi terorisme setelah pemulangan (hal ini tentu tidak sama dengan returnees yaitu, afiliasi grup, motivasi dan jejaring sosial. Deportan juga didominasi oleh anak-anak dan perempuan. Mereka justru tidak mengetahui maksud kesana selain mengikuti titah sang Ayah.
Namun tentu temuan ini tidak menjadikan generalisasi terhadap deportan. Banyak deportan yang justru menjadikan kegagalan menuju Suriah sebagai pembelajaran. Mereka merasa bahwa mungkin merupakan ada yang salah dari keberangkatan mereka karena pada akhirnya ISIS hancur pada tahun lalu.
Ini juga dirasakan oleh NK, istri ketiga Bahrumsyah. Ia gagal menyusul suaminya dimana istri pertama, kedua dan keempat telah bersama Bahrumsyah di Suriah. Kabar terakhir yang diterima olehnya, Bahrumsyah meninggal dunia bersama semua istrinya. NK yang gagal justru selamat dan masih sehat hingga saat ini.