Orang perfeksionis biasanya akan ditunjukin pada sisi kerapihan yang kuat. Ketika ada orang lain yang masuk dalam ruang privasinya, ia akan cenderung gelisah dan tidak nyaman. Adapun saat ia menjadi pemimpin, dia akan berpikir apakah orang yang baru dikenalnya akan bisa mengikuti peraturan yang sudah dibuat atau justru sebaliknya.
Biasanya, orang perfeksionis juga memiliki detail-minded, yaitu kecenderungan untuk bekerja pada hal yang detail dan rinci. Namun kekurangannya, terkadang dilihat oleh orang lain sebagai sesuatu hal yang ribet dan njelimet. Hal-hal yang sebetulnya sepele namun bisa menjadi persoalan besar.
Dalam hal pekerjaan, orang perfeksionis juga terkadang over audit, yaitu gemar mengecek pekerjaannya berulang-ulang untuk memastikan hasilnya sempurna. Itulah kenapa orang perfeksionis memiliki kecenderungan obsessive-compulsive, yakni melakukan tindakan secara repetitif.
Entah bagaimana ia menjalaninya, namun saya yang tidak sebegitunya membayangkan sulit sekali hidup tentram. Sebab kebutuhan untuk menjadi sempurna dan keinginan untuk mendapatkan ketenangan batin merupakan dua hal yang bertentangan. Perasaan selalu merasa kurang selamanya akan selalu membawa ke perasaan kecewa dan tidak puas.
Demikian berhubungan dengan diri kita sendiri atau ketidaksempurnaan pada orang lain seperti penampilan fisik, tingkah laku atau gaya hidup yang dijalaninya. Sikap selalu meributkan ketidaksempurnaan ini akan menjauhkan dari tujuan kita untuk menjadi orang yang baik hati dan lemah lembut.
Ini bukan berarti kita tidak perlu lagi berusaha dengan sebaik-baiknya. Namun lebih kepada realitas bahwa selalu ada cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu sekaligus tetap bisa menikmati atau menghargai cara yang sudah ada.
Karenanya, cara terbaik adalah dengan melepaskan diri untuk tidak terperangkap dalam tingkah laku memaksakan sesuatu yang menurut kita lebih baik daripada yang sudah ada. Begitu kita berhasil menghilangkan keinginan untuk menjadi sempurna dalam segala bidang kehidupan dan mampu menerima yang sudah ada, barangkali kita akan menemukan keindahan dalam hidup.
Perfeksionisme bukanlah hal yang salah. Namun memperhatikan kesehatan jiwa kita akan lebih penting daripada hasil itu sendiri mengingat proses yang seringkali kita lupakan juga turut penting dalam memahami berbagai dinamika.