Presiden Joko Widodo menegaskan jika masih banyak langkah-langkah besar yang harus dilakukan untuk menuju seabad Indonesia merdeka. Menurut Jokowi masih tersedia waktu 25 tahun lagi untuk membangun Indonesia yang dicita-citakan.
Presiden juga menambahkan targetnya saat ini bukan hanya lepas dari Pandemi COVID -19 dan krisis ekonomi. Langkah yang diambil sekarang adalah melakukan lompatan besar memanfaatkan momentum krisis yang saat ini sedang terjadi. “Krisis memberikan momentum bagi kita untuk mengejar ketertinggalan, untuk melakukan lompatan transformasi besar, dengan melaksanakan strategi besar,” kata Jokowi dalam pidato di hadapan DPR, MPR, DPD di Jakarta (14/8).
Lebih lanjut dia mengajak semua pihak agar memecahkan masalah fundamental yang dihadapi saat ini. Mantan walikota Solo tersebut juga mengajak agar melakukan lombatan besar untuk kemanjuan Indonesia yang signifikan. “Kita harus bajak momentum krisis ini. Kita harus serentak dan serempak memanfaatkan momentum ini. Menjadikan Indonesia setara dengan negara-negara maju. Menjadikan Indonesia Maju yang kita cita-citakan,” imbuhnya.
Dalam pidatonya, akibat COVID-19 semua negara, negara miskin, negara berkembang, termasuk negara-negara maju, semuanya sedang mengalami kemunduran. Krisis perekonomian dunia juga terparah dalam sejarah. Di kuartal pertama 2020, pertumbuhan ekonomi negara kita masih plus 2,97 persen, tapi di kuartal kedua kita telah berada di minus 5,32 persen. Ekonomi negara-negara maju bahkan minus belasan persen, sampai minus 17-20 persen.
Namun, lanjut Jokowi kemunduran banyak negara-negara besar ini bisa menjadi peluang dan momentum bagi Indonesia untuk mengejar ketertinggalan. Ibarat komputer, perekonomian semua negara saat ini sedang macet dan hang. Semua negara harus menjalani proses mati komputer sesaat, harus melakukan restart, harus melakukan rebooting. Semua negara mempunyai kesempatan men-setting ulang semua sistemnya.
“Saya menyambut hangat seruan moral penuh kearifan dari para ulama, para pemuka agama, dan tokoh-tokoh budaya agar menjadikan momentum musibah pandemi ini sebagai sebuah kebangkitan baru, sekali lagi kebangkitan baru, untuk melakukan sebuah lompatan besar,” jelasnya
Jokowi menekankan sekarang ini saatnya membenahi diri secara fundamental dan melakukan transformasi besar sekaligus menjalankan strategi besar di berbagai bidang. Masih kata Jokowi, saat terjadi pandemi emerintah harus melakukan reformasi fundamental dalam cara bekerja. Kesiap-siagaan dan kecepatan diuji. Untuk itu semua, pemerintah cepat melakukan perubahan rumusan program dan menyesuaikan program kerja dengan situasi terkini.
Selain itu Pemerintah juga melakukan realokasi anggaran dalam waktu singkat serta menerbitkan Perppu Nomor 1 Tahun 2020, yang kemudian disetujui oleh DPR menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020. “Terima kasih para Anggota DPR atas kerja cepatnya; menyinergikan BI, OJK, dan LPS dalam rangka juga untuk memulihkan perekonomian nasional,” tuturnya
Selain itu lanjut Jokowi, krisis ini telah memaksa cara kerja pemerintah untuk berubah Dari cara-cara normal menjadi cara-cara ekstra-normal. Selain itu Pola pikir dan etos kerja juga harus berubah. Fleksibilitas, kecepatan, dan ketepatan sangat dibutuhkan.
“Efisiensi, kolaborasi, dan penggunaan teknologi harus diprioritaskan. Kedisiplinan nasional dan produktivitas nasional juga harus ditingkatkan. Jangan sia-siakan pelajaran yang diberikan oleh krisis. Jangan biarkan krisis membuahkan kemunduran. Justru momentum krisis ini harus kita bajak untuk melakukan lompatan kemajuan,” katanya.
Sebagai informasi, sebanyak 215 negara sedang menghadapi masa sulit di tengah pandemi COVID-19. Dalam catatan WHO, sampai dengan tanggal 13 Agustus terdapat lebih dari 20,4 juta kasus di dunia, dengan jumlah kematian di dunia sebanyak 744 ribu jiwa. Semua negara, negara miskin, negara berkembang, termasuk negara-negara maju, semuanya sedang mengalami kemunduran karena terpapar COVID-19.