Pengungsian Al-Roj, Suriah juga turut meramaikan Iduladha. Para pengungsi yang merupakan mantan simpatisan ISIS tersebut merasakan Iduladha tahun ketiga di bawah tenda pengungsian. Seperti halnya Iduladha di berbagai tempat lainnya, beberapa pengungsi tampak menyembelih kurban setelah saat id.
“Mereka yang tergolong kaya biasanya yang kurban, kaya orang Maroko, Mesir, Tunisia, itu rutin kurban” Ujar Aleeyah Mujahid kepada tim ruangobrol.id. Hewan kurban dibeli dari warung-warung di pengungsian yang menjual ayam. Mereka bisa memesan hewan kurban yang dikirim dari Turki.
Namun, menurut Aleeyah, kelompok ini tidak membagikan hasil qurban ke semua orang. “Pesta-pesta sendiri, bagi-bagiin sendiri.” terangnya.
Seperti halnya Idulfitri, salat Iduladha juga diadakan dua jamaah tergantung keyakinan mereka masing-masing. Meski satu pengungsian, seringkali mereka berbeda masalah mazhab dan pemahaman mengenai aqidah sehingga jamaah pun dipisah menghindari pertengkaran.
Jika di Indonesia Iduladha kali ini akan lebih meriah dari Idulfitri karena belum sempat bersilaturahmi akibat pandemi, tidak demikian di sana. Iduladha tampak seperti biasanya tidak begitu meriah seperti Idulfitri. “Kita takbiran di tenda-tenda, pasang lampu warna warni, anak-anak pakai baju bagus,” Aleeyah menggambarkan suasana di sana.
Keadaan pengungsian mantan simpatisan ISIS Al Hol jauh berbeda. Saat ini, banyak dari pengungsi justru sibuk mempersiapkan diri jika tiba-tiba dipanggil oleh pihak keamanan untuk pindah ke pengungsian baru. Hal ini karena Al Hol dianggap tidak kondusif. Alih-alih mempersiapkan idul Adha, mereka justru mempersiapkan mental.
Beberapa waktu terakhir, tim ruangobrol mendapatkan kabar dari pengungsi di Al Hol asal Indonesia. Menurutnya, beberapa perempuan semakin sering berusaha kabur dari pengungsian. Namun sebelum berhasil melarikan diri, petugas kurdi menangkap mereka di gerbang pengungsian. Belum ada informasi apakah puluhan perempuan yang berhasil kabur ada orang Indonesia atau tidak.
Sejumlah nama pengungsi asal Indonesia tidak diketahui keberadaannya dalam beberapa minggu ini. Tidak ada informasi apakah memang mereka dipindahkan ke pengungsian baru. Khawatirnya yang bersangkutan ditangkap oleh otoritas kurdi.
“Mereka kabur karena takut anak-anak lakinya yang sudah besar diambil oleh otoritas Kurdi”, kata sumber informasi ruangobrol. Mereka sesekali berteriak takbir setiap ada otoritas Kurdi yang melewati mereka sebagai tanda perlawanan.