Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi meminta kepada para Orang Tua agar selalu dekat dengan anak-anaknya. Caranya menurut sosok yang akrab disapa Kak Seto itu dengan menjadi sahabat bagi anak-anak
Kak Seto menjelaskan jika pihaknya pada dua tahun lalu sudah mencangkan Program gerakan nasional SASANA, Saya sahabat Anak. Ketika itu Kak Seto memohon kepada Presiden Joko Widodo agar mau bermain bersama dengan sekira 700-an anak di belakang Istana Negara.
Presiden bersama dengan ratusan anak bermain permainan tradisonal seperti Gobak Sodorm Engklek, Egrang dan permainan tradisional lainnya.
“Kami mencanangkan gerakan nasional SASANA, Saya sahabat Anak. Jadi kita perkenalkan dua tahun lalu. Kami mohon bapak Presiden mau bermain sekitar 700 anak di halaman belakang istana. Permainan tradisional. Gobak sodor, engklek, kemudian, egrang dan sebagainya,” kata Kak Seto dalam diskusi yang digelar khusus untuk memperingat Hari Anak Nasional 2020 oleh BKKN di Jakarta belum lama ini.
Selain Presiden Sahabat anak, ada juga Menteri Sahabat anak, Gubernur Sahabat Anak, hingga pejabat tingkat Rumah Tangga (RT). Semuanya itu menurut Kak Seto akhirnya menjadi Ayah dan Bunda Sahabat Anak.
“Jadi presiden sahabat anak. Ada beberapa menteri sahabat anak. Tingkat Gubernur, mulai Gubernur Jawa Barat, kang Ridwan Kamil. Kemudian di Nusa tenggara Barat. Beliau bermain bermain bersama anak, Bupati, Walikota, Camat, Lurah, RW RT, akhirnya ayah dan bunda sahabat anak,” jelasnya
Lebih lanjut Mantan Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak itu berharap dari program yang digagasnya itu di dalam setiap keluarga penuh dengan persahabatan. Menurut Kak Seto, Para Orang Tua yang bisa menjadi sahabat bagi anak-anaknya, di dalam keluarga tidak bermasalah. Para orang tua menurutnya bisa menemani anaknya mendongeng, olahraga dan bernyanyi. Selain itu Orang tua juga mengajarkan nilai agama, etika dan sebagainya kepada anak-anaknya.
“Jadi penuh persabahatan di dalam keluarga. Anak kan rindu teman-temannya. Beberapa keluarga yang ayah bundanya bisa memposisikan sahabat anak, mereka tiddak bermasalah. Pokoknya nyokap itu gue banget deh. Ada yang bilang begitu, Jadi bisa dongeng, bisa nyanyi. Olahraga, tapi juga mengajarkan nilai agama dan nilai etika dan sebagainya,” jelasnya
Kemudian lanjut Psikolog tersebut, setiap anggota keluarga sebaiknya bersatu padu dalam membangun keluarga. Kalau ada masalah apa-apa dibahas dalam sidang kabinet terbatas yang terdiri dari Ayah, Ibu dan Anak. Setiap anggota keluarga harus bisa berkomunikasi dengan baik.
“Jadi sebuah pemberdayaan untuk menjadi sebuah supertim. Tidak sendiri-sendiri. Kadang –kadang menggelar rapat keluarga. Istilahnya Sidang Umum MPR (Majelis Permusyawaratan Rumah). Kalau ada masalah apa-apa ada sidang kabinet terbatas. Ayah dan Bunda harus berkomunikasi. Misalnya Ayah jangan terlalu galak dong dongengnya, jangan bentak-bentak. Jadi akhirnya tampil di depan anak super kompak, jadi keluarga yang memperakktikan itu rasanya gak bermasalah,”pungkasnya
Sementara itu Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menjelaskan bahwa secara teori sudah ada di dalam Undang-Undang soal Delapan Fungsi Keluarga. Yaitu Pertama Fungsi Agama. Di mana dalam keluarga dikembangkan agar keluarga menjadi tempat persemaian nilai-nilai agama dan budaya bangsa. Sehingga seluruh anggota keluarga menjadi insan agamis yang penuh iman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kedua, Fungsi Sosial Budaya. Dalam fungsi sosial budaya, keluarga diharapkan dapat mengenalkan budaya Indonesia sebagai dasar-dasar nilai kehidupan, sehingga anak mempunyai wawasan terhadap berbagai budaya, baik daerah maupun nasional.
Ketiga, Fungsi Cinta Kasih. Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan cinta kasih. Dengan cinta dan kasih sayang yang terjadi dengan baik di keluarga, maka rumah tangga akan menjadi tempat yang menyenangkan bagi anggota keluarga yang lain.
Keempat, Fungsi Perlindungan. Fungsi ini menekankan bahwa keluarga merupakan pelindung yang pertama dan utama dalam memberikan kebenaran, keteladanan, serta tempat bernaung kepada anak dan keturunan.
Kelima Fungsi Reproduksi. Mengetahui dan menanamkan fungsi reproduksi sangat penting bagi keluarga untuk mengatur reproduksi sehat yang terencana, sehingga anak yang dilahirkan nantinya mampu menjadi generasi penerus yang berkualitas.
Keenam, Fungsi Sosialisasi Pendidikan. Pendidikan dalam keluarga tidak hanya tentang bagaimana meningkatkan fungsi kognitif atau mencerdaskan, akan tetapi bagaimana membentuk karakter yang berakhlak mulia.
Ketujuh, Fungsi Ekonomi. Keluarga dalam fungsi ekonomi merupakan tempat membina dan menanamkan nilai-nilai keuangan keluarga, dan merencanakan keuangan keluarga, sehingga terwujud keluarga sejahtera.
Terakhir, Fungsi Lingkungan. Fungsi ini menekankan akan pentingnya lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman perlu ditanamkan sejak dini. Hal ini bertujuan agar mendorong sikap dan perilaku peduli lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya, melakukan kegiatan penghijauan, hemat energi, dan sebagainya.
“Dulu nenek moyang kita juga punya Asah, Asih Asuh. Anak diasah biar dia cerdas menguasai agama, ilmu, teknologi, tau tentang lingkungan, budaya, itu diasah. Kemudian diasih, cinta kasih, disayangi. Terakhir Asuh. Anak diberi pakaian yang cukup, dilakukan imunisasi. Itu kan sebenarnya nenek moyang kita sudah ajarkan ke kekita,” pungkasnya