Orang Tua Diingatkan Agar Menerima Perbedaan Cara Berpikir Anak-anak

Other

by Akhmad Kusairi

Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) Jatuh pada 23 Juli 2020. Untuk memperingati HAN tersebut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggelar diskusi denga tema Menjadi orang Tua yang Hebat dengan Gembira di Rumah Bersama Keluarga. Diskusi ini dipadu oleh host, Teliana Juwita.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan Orang tua harus menyadari bahwa anak-anak saat ini merupakan generasi yang hidup di jaman yang berbeda di jaman mereka hidup. Sehingga perbedaan jaman itu membuat cara berpikir dan bergaul anak-anak saat ini sangat jauh berbeda di mana saat orang tua hidup.

Karena itu menurut Hasto orang tua harus bisa menerima perbedaan cara berpikir tersebut. Hasto menambahkan orang tua harus menghindari sikap tidak mau dikoreksi karena itu sangat berbahaya.

“Orang tua harus menyadari bahwa anak-anak dan cucu-cucu generasi yang memang beda. Menghadapi jaman yang berbeda. Pola pikirnya dan cara bergaulnya beda. Kemudian ekosistemnya beda. Kadang-kadang yang repot hidup di alam sendiri, kemudian punya paham yang tidak bleh dikoreski orang lain. Itu berbabahaya. Kita harus mengalah menyesuaikan diri dengan kondisi dan ekosistem sekrang,” kata Hasto dalam di Kantor BKKBN di Jakarta Rabu (22/07/2020)

Tetapi Hasto mengingatkan kepada para orang tua agar selalu menanamkan nilai-nilai luhur kepada para anak. Karena menurutnya nilai-nilai luhur tidak lekang oleh jaman maupun teknologi yang terus berubah. Salah satu nilai luhur itu adalah soal integritas. Kemudian lanjut Hasto nilai luhur yang lain adalah soal kejujuran.

“Tetapi ada hal-hal yang sifatnya nilai-nilai luhur tidak lekang oleh jaman. Nilai luhur ini tidak terpengaruh teknologi. Coba misalnya soal kejujuran. Mau jaman dulu, tetap harus jujur. Bagaimana integritas. Hal itu harus menjadi nilai luhur di dalam keluarga,” imbuhnya

Nilai luhur itu menurut Hasto harus tetap dipertahankan dan diwariskan kepada para generasi anak-anak mereka. Pasalnya nilai luhur itu akan menjadi ciri khas dan identitas anak Indonesia. Begitu juga dengan Negara Indonesia yang mempunyai nilai luhur Pancasila yang menjadi pembeda dengan negara lain.

“Negara ini punya nilai luhur ini punya nilai khas yang  menjadi pembeda dengan negara lain. Seperti Pancasila itu menjadi nilai luhur. Kalau suatu negara sudah kehilangan jati diri dengan nilai-nilai luhurnya bagaimana. Itu akan menjadi lemah. Itu yang harus diwariskan.,” tuturnya

Menurut Hasto negara bisa bubar jika nilai-nilai luhur itu tidak diwariskan. Karena itu dia mengingatkan kepada para orang tua agar mengenalkan sejarah nenek moyangnya kepada anak-anak mereka.

“Kalau ada generasi yang tidak mengenal senior sejarahnya dan mengenal Nenek moyangnya, berbahaya. Karena di tengah jalan nanti bisa dimasukin ideologi lain. Negara bisa bubar. Gara-gara nilai luhurnya tidak diwariskan,” tuturnya

Hasto kembali mengingatkan kepada para Orangtua agar mendidik anak-anak mereka seusai jamannya. Karena anak-anak tidak lahir dan hidup di mana para orang tua hidup. Tetapi anak-anak juga harus punya empati dan juga punya nilai-nilai luhur.

“Orang tuakan empati. Untuk memaklumkan. Didiklah anak cucumu sesuai dengan jamannya. Karena dia tidak lahir di jaman mu. Itu empati orang tua. Tapi anak-anak juga harus punya empati juga punya nilai-nilai luhur. Punya sejarah dan budaya yang itu bisa didapat dari senior seperti Kak Seto,” kata Hasto lagi

Selain itu menurut Hasto orangtua harus bisa menjadi sahabat bagi para remaja dan anak-anak. Caranya dengan membangun fleksibilitas dengan para anak. Hasto menambahkan BKKBN sudah punya Website siap nikah dengan harapan orang tua punya fleksibilitas dan tetap menjaga nilai-nilai luhur. .

“Orang tuanya tidak jadul, tapi orang tua tetap mempertahankan nilai kebaikan dan nilai luhur. Kalau menurut saya ini keluarga keren. Coba lihat foto jaman dulu itu orang tua anaknya serius. Sekarang itu fotonya, anaknya dipanggul di bahu. Kalau itu dulu gak sopan,” tutupnya

 

Komentar

Tulis Komentar