Kasus Klaster baru COVID-19 Pusat pendidikan Sekolah Calon Perwira (Secapa) TNI Angkatan Darat Bandung, Jawa Barat diharapkan dapat dijadikan pembelajaran. Sehingga kejadian serupa yang menyebabkan sebanyak 1.262 orang yang terdiri dari pelatih dan peserta Secapa TNI AD dinyatakan positif COVID-19 tidak terjadi lagi di kemudian hari.
Hal itu disampaikan oleh Epidemiologi yang tergabung dalam Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah saat konferensi pers dalam dialog di Media Center Gugus Tugas Nasional Jakata Selasa (15/7).
Menurut Dewi pelajaran yang bisa diambil dari kasus Secapa adalah pentingnya menjaga jarak dan menghindari adanya kerumunan. Pasalnya menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) jarak menjadi faktor yang dapat memicu terjadinya penularan. Apalagi jika kerumunan itu terjadi di dalam tempat dan waktu yang sama dengan sirkulasi udara yang tidak baik.
“Ketika ada orang banyak, berkumpul dalam satu tempat dan waktu yang sama dengan sirkulasi udara yang tidak diketahui baik atau tidak. Ini akan mempengaruhi laju penularan,” kata Dewi
Lebih lanjut Dewi menjelaskan jika ada satu orang yang terinfeksi COVID 19 berada di tengah kerumunan maka penyebarannya akan sangat cepat. Kerawanan yang sama juga bisa terjadi jika seluruh kegiatan yang melibatkan banyak orang berkumpul seperti di sekolah asrama dan pesantren
Selain itu Dewi menjelaskan dari 1200-an orang yang terinfeksi di Secapa, hanya 17 orang yang mengalami gejala. Hal itu membuktikkan pentingnya daya tahan tubuh yang baik mencegah penularan COVID-19. Kasus Secapa menurutnya juga menunjukkan bahwa daya tahan tubuh yang dimiliki oleh peserta didik dan pelatih yang ada di Secapa membantu mereka dari infeksi virus sehingga tidak ada keluhan berat
“Kedua, daya tahan tubuh ini berperan penting bagi kita jika ingin melawan COVID-19. Hasil pemeriksaan menunjukan dari 1.262 orang yang positif, hanya 17 orang yang dirawat dengan gejala ringan dan lainnya masuk dalam kategori Orang Tanpa Gejala (OTG),” tuturnya
Pelajaran Ketiga dari kasus Secapa Bandung menurut Dewi adalah potensi penularan dari orang yang tidak bergejala. Terlebih bagi yang masuk dalam kategori OTG ini tidak menyadari bahwa dirinya sudah terinfeksi,” ungkap Dewi.
Pelejaran Keempat adalah isolasi mandiri sangat penting untuk mencegah terjadinya penularan COVID-19. Meskipun tidak ada gejala ataupun gejalanya ringan, isolasi mandiri dan perbatasan untuk mobilitas bagi mereka yang terinfeksi itu harus sangat dibatasi.
“Seperti apa yang terjadi di Secapa, mereka inisiatif untuk diperiksa dan ketika hasilnya sekian yang positif, langsung semuanya di karantina sehingga dapat mencegah penularan COVID-19 ke luar dari klaster tersebut,” jelasnya.
Lebih lanjut Dewi menjelaskan Provinsi lainnya yang memiliki jumlah kasus tertinggi adalah Jawa Timur. Menurut Dewi kasus terbanyak di Jawa Timur berasal dari transmisi lokal dengan jumlah kasus positif secara tiba-tiba namun tidak ada riwayat berpergian. Karena itu Dewi menegaskan bahwa isolasi mandiri menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan.
“Sekali lagi, isolasi mandiri itu penting. Ketika sudah pernah ada kontak dengan orang yang positif harus dipastikan isolasi mandirinya berjalan dengan disiplin dan ketat,” tegasnya.
Menurut Dewi, Selain klaster Asrama, pasar merupakan klaster yang harus diantisipasi penularan COVID-19. Dewi menjelaskan pasar memiliki potensi yang tinggi menjadi tempat penularan COVID-19. Karena potensi berkerumunnya lebih tinggi, berdesakan dengan orang lain dan sirkulasi udaranya tidak baik.
Selanjutnya Dewi menegaskan bahwa penerapan protokol kesehatan sangat penting. Misalnya ketika makan harus membuka masker. Sehingga dia berpesan ketika makan agar tetap menjaga jarak dan jangan berinteraksi. Karena dapat menjadi ruang perpindahan droplet.
“Jika menggunakan transportasi umum harus pastikan ketika sudah sampai harus mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer serta pastikan untuk jaga jarak karena bisa saja terinfeksi atau tertularnya saat perjalanan,” tandas Dewi.
Sekadar diketahui berdasarkan data dari Pemerintah angka kesembuhan di Indonesia menunjukkan angka yang menggembirakan. Pada Rabu (15/7) pasien sembuh berjumlah 1.414 orang. Sehingga total keseluruhannya berjumlah 39.050 pasien sembuh.
Sementara penambahan kasus positif COVID-19 totalnya menjadi 80.094 setelah ada penambahan sebanyak 1.522 orang. Sementara jumlah pasien meninggal bertambah 87 orang sehingga totalnya menjadi 3.797 orang.