Nama Ustadz Ahmad Sajuli, memang tidak banyak dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun, di kalangan jihadis Indonesia, ia dikenal sebagai seorang senior kawakan yang sudah malang-melintang di dunia jihad internasional. Tidak hanya di tanah air, nama Ahmad Sajuli juga cukup disegani di negeri Upin-Ipin, Malaysia.
Baru-baru ini, beredar kabar bahwa mantan alumnus jihad Afghanistan ini mengalami kelumpuhan akibat menderita stroke. Berita ini sendiri awal pertama diketahu melalui WhatsApp story milik Ali Fauzi, pimpinan Yayasan Lingkar Perdamaian yang berpusat di Desa Tenggulun, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Ketika dikonfirmasi tim Ruangobrol.id, Ali Fauzi membenarkan akan kondisi tersebut.
Pada Senin (6/7) lalu, tim Ruangobrol.id berkesempatan untuk berkunjung ke rumah Ustadz Ahmad Sajuli yang berlokasi di Kp. Areman, Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Depok.
Kedatangan tim Ruangobrol ke kediaman Ustadz Ahmad Sajuli disambut langsung oleh keluarga yang sudah diberitahu sebelumnya. Ustad Sajuli yang ditempatkan di kamar tengah tampak terbaring lemah. Jangankan bergerak, untuk berbicara saja masih susah.
Elly Suherlina, istri dari Ustadz Sajuli bercerita bahwa kondisi yang dialami oleh suaminya sudah terjadi sejak Maret lalu. Awalnya, Ustadz Sajuli hanya mengeluhkan rasa sakit di bagian perut. Tidak lama setelah itu, beberapa organ tubuhnya tidak bisa digerakkan sama sekali. Bakan susah untuk berbicara.
Ustadz Sajuli sendiri sempat dirujuk ke RSCM oleh pihak keluarga agar mendapatkan perawatan yang cukup. Oleh pihak rumah sakit, ia diagnosa menderita stroke.
Dan setelah beberapa hari menginap di RSCM, pihak keluarga memutuskan untuk membawanya pulang agar bisa dirawat sendiri. Keputusan ini terpaksa diambil karena faktor biaya yang tidak sedikit, meski demikian masih bisa dilakukan rawat jalan.
Karenanya, melihat kondisi kesehatannya yang buruk, pihak keluarga berharap besar kepada pemerintah terutama BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) agar bisa membantu meringankan beban keluarga, terutama dalam proses perawatan Ustadz Ahmad Sajuli.
Alumnus Afghanistan dan menjabat ketua FKAAI
Bagi praktisi dunia jihad di Indonesia terutama kelompok Jama’ah Islamiyah, nama Ustadz Ahmad Sajuli dianggap memiliki pengaruh besar. Dirinya dikenal sebagai seorang mujahid bukan kaleng-kaleng.
Bermula pada 1983, ia tergabung dalam kelompok NII (Negara Islam Indonesia). Di saat yang sama, di Afghanistan terjadi konflik berdarah. Negeri para mullah ini sedang dihantam oleh serangan militer pasukan Uni Soviet.
Ustadz Sajuli yang saat masih berusia 23 tahun mendapat tawaran dari kelompoknya untuk berangkat ke Afghanistan mengikuti pelatihan militer dan berjihad disana.
Sebelum ke Afghanistan, ia sempat tinggal di Malaysia. Di sinilah ia bertemu dengan Abdullah Sungkar, pionir sekaligus pendiri organisasi Jama’ah Islamiyah. Dari Kuala Lumpur, Malaysia, ia terbang menuju Karachi, Pakistan. Setibanya di sana, lalu melanjutkan perjalanan darat menuju Peshawar. Ia bergabung dalam sebuah akademi militer Al Ittihad Al Islamiyah, sebuah tanzhim jihad pimpinan Abdul Rabi Rasul Sayyaf.
Setelah 6 bulan belajar berbagai persenjataan dan alat tempur, termasuk perakitan bom, ia ditugaskan untuk menjadi instruktur pelatihan bagi para calon mujahidin baru dari Asia Tenggara yang bergabung bersama tanzhim jihad ini.
Dan setelah 2 bulan mengajar, ia memutuskan untuk kembali ke tanah air. Namun karena kondisi politik di Indonesia saat itu, ia terpaksa hijrah ke Malaysia dan menetap di sana. Pada 2006, Ustadz Ahmad Sajuli dideportasi oleh pemerintah Malaysia karena dianggap terlibat dalam jaringan terorisme setelah hampir 20 tahun tinggal di sana.
Saat kembali ke Indonesia, kondisi perekonomiannya benar-benar jatuh sebab seluruh hartanya disita oleh pihak pemerintah. Untuk bertahan hidup, ia bersama istrinya akhirnya merintis usaha baru dengan berjualan kebab dan kue di Jakarta.
Tidak lama setelahnya, ia dihubungi oleh Nasir Abbas, yang juga juniornya semasa bergabung di akademi militer di Afghanistan. Kepada Ustadz Sajuli, Nasir menawarkan dirinya untuk bergabung ke dalam FKAAI (Forum Komunikasi Alumni Afghanistan Indonesia), sebuah organisasi yang para anggotanya merupakan eks-Afghanistan.
Tujuan didirikannya organisasi ini adalah untuk mencegah timbulnya paham radikalisme dan memperjuangkan kesejahteraan para mantan kombatan. Ustadz Ahmad Sajuli kemudian ditunjuk sebagai ketua FKAAI hingga hari ini.