Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro menyampaikan pihaknya sedangkan mengembankan vaksin COVID-19. Menurut Bambang, dalam mengembangkan vaksin tersebut Kemristek menggunakan tiga prinsip yaitu cepat, efektif dan mandiri.
Menteri Bambang menerangkan Keppres-nya akan segera keluar minggu depan atau dua minggu lagi dengan Menristek/Kepala BRIN sebagai Ketua Tim Pengembangan Vaksin bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Badan Usaha Milik Negara.
“Update yang bisa disampaikan adalah kita sedang berupaya mengembangkan vaksin dengan tiga prinsip yaitu cepat, efektif, dan mandiri,” kata Bambang belum lama ini di Kantornya sebagaimana dikutip dari website Gugus Tugas Nasional Selasa (7/7/2020)
Lebih lanjut Bambang menjelaskan pihaknya mencari vaksin yang paling cepat yang bisa dikembangkan. Menurutnya Bio Farma sebagai BUMN sudah bekerja sama misalnya dengan perusahaan pharmaceutical dari Cina yang tahapan vaksinnya sudah masuk uji klinis tahap dua dan tahap tiga.
Selain itu lanjutnya internal Lembaga Eijkman juga melakukan pengembangan vaksin dengan menggunakan metode namanya protein recombinant. Rencananya kata Bambang pihaknya juga akan akan bekerja sama dengan Biofarma untuk tahapan pengujian klinisnya.
“Kecepatan itu penting, jangan sampai Indonesia tertinggal dalam memproduksi vaksin sesuai dengan strain virus yang beredar di Indonesia,” imbuhnya
Karena itu menurut Bambang Indonesia tetap perlu mengembangkan vaksin di dalam negeri sendiri. Karena vaksin yang dikembangkan Eijkman itu sudah langsung menggunakan isolat virus yang ada di Indonesia.
“Maksud Mandiri maksudnya baik dalam pengembangan bibit vaksinnya dan paling penting juga dalam produksinya,” terang Menteri Bambang.
Lebih lanjut dalam hal pendanaan, Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN menganggarkan anggaran yang khusus dialokasikan untuk konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19. Karena itu kami mencari cara bagaimana kita bisa mendukung konsorsium.
“Ketika mulai terjadi pandemi, kami merupakan salah satu dari kementerian yang anggarannya di potong (di refocusing untuk penanganan Covid 19). Pertama dengan menggunakan dana abadi penelitian yang didukung oleh LPDP,” tuturnya
Selain itu kata Bambang sumber pendanaan lainnya adalah realokasi anggaran terutama dari BPPT dan LIPI. Pendanaan lainnya adalah realokasi anggaran (Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) yang didedikasikan untuk penanganan Covid-19 dalam berbagai aspek.
“Dari screening, diagnosis, alat kesehatan, obat, terapi, sampai ke vaksin,” pungkas Bambang
Terkait kebutuhan ventilator dalam negeri, Menteri Bambang optimis Indonesia akan bisa mandiri. Pasalnya di tengah pandemi yang melanda, Indonesia bisa membuat inovasi Ventilator berbiaya murah tapi sangat berguna dalam mendukung pengobatan pasien positif Covid 19.
Menurut Bambang lima ventilator sudah masuk tahap produksi massal dan sudah didistribukasikan ke rumah sakit yang memerlukannya dan belum dikomersialkan.
”Kelima ventilator tersebut sudah masuk tahap produksi dan sudah mendapat izin edar, kecuali dari LIPI yang masih dalam tahap uji coba produksi. Dari produksi yang sudah dilakukan memang kebanyakan masih difokuskan untuk mengisi kekosongan yang ada di rumah sakit maupun fasilitas kesehatan, dengan kata lain belum menuju komersial, dan lebih fokus bagaimana mengisi kebutuhan seperti yang disampaikan oleh gugus tugas,” jelas Menteri Bambang.
Atas pencapaian itu Bambang merasa kagum kepada para peneliti dan inventor yang dalam waktu singkat mampu menghasilkan ventilator yang sangat diperlukan saat ini. Bisa dibayangkan dalam waktu hanya dua sampai tiga bulan, mereka bisa membuat inovasi sesuai target untuk didonasikan. Karena dua dari lima yang tadi disebutkan yaitu dari ITB dan UI sudah mendapatkan dukungan dari crowd funding dari berbagai lapisan masyarakat yang bisa membiayai. Tidak hanya pembuatan prototype-prototype sampai kepada uji tapi juga sampai produksi dan kemudian langsung didonasikan.
“Seperti contoh ITB sudah menyalurkan 300 lebih unit ke berbagai rumah sakit di hampir banyak provinsi di Indonesia. UI berencana menargetkan 300 unit dengan harapan nanti akan menjadi donasi, belum pada konteks menjual atau secara komersial,” jelas Bambang.
Sekadar diketahui berdasarkan data Pemerintah Kasus positif COVID-19 per hari ini, Selasa (7/7), ada penambahan kasus berjumlah 1.268 kasus. Sementara orang dalam pemantauan (ODP) berjumlah 38.702 orang dan pengawasan yang ketat pada pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 13.471 orang.
Sedangkan pemeriksaan spesimen yang dilakukan periode kemarin sampai dengan hari ini (7/7), sebanyak 17.816 spesimen. Total yang telah diperiksa berjumlah 946.054 spesimen.