Sebuah tugas yang berawal dari panggilan hati untuk memberdayakan masyarakat dalam penanggulangan dan pencegahan radikalisme-terorisme membawa saya ke sebuah desa di sebelah timur kaki Gunung Argopuro. Pegalangan Kidul itu nama desanya. Masuk wilayah administrasi Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo Provinsi Jawa Timur.
Jarak desa itu nyaris 300 km dari rumah saya, memakan waktu 6 sampai 7 jam perjalanan naik motor. Dari jalan raya pantura Probolinggo-Banyuwangi masih masuk ke dalam lagi sejauh kira-kira 10 km lebih. Sepanjang jalan dari jalan besar nyaris tidak ada sesuatu yang menarik selain ketika melewati sebuah pabrik gula tua. Namun sesuatu yang istimewa itu justru baru saya temui ketika mulai masuk wilayah Desa Pegalangan Kidul.
Apa yang istimewa itu?
Begitu memasuki wilayah Desa Pegalangan Kidul mata saya langsung tergoda untuk melirik kanan kiri jalan yang dihiasi oleh aneka tanaman hias yang dipagari dengan batuan alam yang berwarna-warni. Pagar-pagar rumah warga pun banyak dicat warna-warni. Seakan kompak membuat spektrum warna yang indah dilihat sepanjang jalan. Ini mengingatkan saya akan kampung warna-warni di Kota Malang.
Sebuah kampung yang tidak hanya bersih. Tapi indah. Sebuah taman dengan background tulisan “Desa Pegalangan Kidul Kecamatan Maron Probolinggo Menuju Indonesia Harmoni” semakin meyakinkan saya bahwa desa ini istimewa. Belum pernah saya temui sebuah desa yang memiliki sebuah slogan atau motto sendiri.
Sesampainya di kantor desa dan bertemu dengan kepala desanya yaitu Pak Badrul Huda yang sangat ramah, setelah memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud kedatangan, untuk membuka obrolan saya langsung menanyakan sejak kapan kampung ini bisa secantik itu dan bagaimana prosesnya? Terus terang itu sangat menarik perhatian saya sejak masuk wilayah desa itu.
Dengan gayanya yang santai namun berwibawa, Pak Badrul lantas menceritakan bagaimana proses desa tersebut bisa sampai tahap seperti itu.
Empat tahun yang lalu ketika dirinya mulai menjabat kepala desa, oleh pemkab Probolinggo desa Pegalangan Kidul dinyatakan sebagai kawasan zona kumuh dan zona penyakit. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan chikungunya adalah penyakit langganan di desa tersebut.
Sedari awal visi dari Pak Badrul menjadi kepala desa itu adalah ingin membangun desa yang harmoni. Harmoni antar warga dan harmoni dengan alam. Harmoni antar warga diwujudkan dengan meratakan keadilan sosial dan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya. Sedangkan harmoni dengan alam diwujudkan dengan menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan indah.
Dalam upaya meratakan keadilan sosial, salah satu pencapaian besar selama kepemimpinan Pak Badrul adalah berhasil merenovasi 200 lebih rumah tak layak huni di desa tersebut. Dana yang digunakan berasal dari CSR beberapa perusahaan yang ada di Probolinggo dan dari kementerian/dinas terkait. Selain tentunya pembangunan sarana dan prasarana desa yang semakin meningkat setiap tahunnya.
Untuk upaya menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan indah, awalnya memang sulit mengajak warga untuk memulai pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Namun setelah dirinya yang didukung oleh sebagian masyarakat memulai dengan memberi contoh dan memenuhi fasilitas yang dibutuhkan seperti tempat sampah yang tersebar di berbagai titik, lambat laun masyarakat pun mau mengikuti arahan dari kepala desa dan jajarannya.
Setelah mulai menampakkan hasil yang signifikan dan dapat dirasakan bersama, masyarakat semakin mudah untuk diajak melaksanakan ide-ide dari kepala desa yang memang menurut saya sangat inovatif dan kreatif dalam mewujudkan visinya. Perlahan namun pasti desa tersebut bertransformasi dari status zona kumuh dan penyakit menjadi desa yang bersih, sehat, dan indah.
Kini kasus penyakit DBD dan chikungunya sudah sangat jarang terjadi karena kesadaran masyarakat untuk menjalankan PHBS semakin tinggi. Jalanan yang asri dan warna-warni semakin mempercantik lingkungan. Dan di tahun 2019 kemarin, Desa Pegalangan Kidul memenangkan (juara 1) lomba kebersihan lingkungan se-kabupaten Probolinggo.
Saat ini Desa Pegalangan Kidul sedang bersiap untuk mengikuti lomba ProKlim tingkat nasional setelah mendapat restu dari Pemprov Jatim dan Pemkab Probolinggo. Lomba ProKlim itu sendiri mencakup beberapa kriteria, di antaranya: peningkatan ketahanan pangan, pengendalian penyakit terkait iklim, pengelolaan sampah/limbah, budidaya pertanian, peningkatan tutupan vegetasi hingga pencegahan kebakaran hutan.
Di samping itu, semangat Indonesia Harmoni di Desa Pegalangan Kidul juga berhasil membuat kelompok radikal di desa tersebut mulai membuka diri. Nantikan kisahnya pada tulisan-tulisan berikutnya.
FOTO RUANGOBROL.ID/Arif Budi Setyawan