Presiden Jokowi meminta kepada semua pihak agar memiliki sebuah perasaan yang sama bahwa saat ini sedang menghadapi sebuah krisis kesehatan dan juga sekaligus ekonomi. Menurutnya jangan sampai ada yang masih memiliki anggapan saat ini normal-normal saja. Hal itu lanjutnya sangat berbahaya. Apalagi Pandemi Covid 19 ini tidak hanya dialami oleh negara Indonesia, tetapi lebih dari 215 negara
.
“Sekali lagi, saya minta kita memiliki perasaan yang sama bahwa kita sekarang berada pada posisi krisis kesehatan itu dan ditambah dengan krisis ekonomi. Sehingga kita mengajak ke masyarakat juga sama, agar memiliki perasaan yang sama bahwa kita masih memiliki sebuah masalah yaitu urusan Covid-19 ini,” kata Presiden Jokowi di Gedung Negara Grahadi, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, Kamis (25/6).
Kemudian Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengingatkan kepada Gubernur Jawa Timur Khofifah agar berhati-hati dalam menyikapi angka laju pertumbuhan pasien Positif Covid-19 di daerahnya. Pasalnya Jawa Timur sudah menenempati pasien positif terbanyak Indonesia. Tetapi Presiden Jokowi juga mengapresiasi angkat kesembuhan di angka 31 persen. Oleh sebab itu, Jokowi menminta dalam waktu dua minggu ke depan pengendalian Covid 19 di Jawa Timur betul-betul dilakukan bersama-sama dan terintegrasi. Dari semua unit organisasi yang dimiliki semuanya harus ikut bersama-sama melakukan manajemen krisis. Sehingga betul-betul bisa mengatasinya dan menurunkan angka positif tadi.
Menurut Presiden, yang paling penting ada kerja sama baik, sinergi antar manajemen. Ia melihat memang yang paling tinggi adalah di Surabaya Raya karena ini adalah wilayah aglomerasi yang harus dijaga dan dikendalikan terlebih dahulu.
”Enggak bisa Surabaya sendiri, enggak bisa. Gresik harus dalam satu manajemen, Sidoarjo harus dalam satu manajemen, dan kota/kabupaten yang lain, karena arus mobilitas itu yang keluar masuk adalah dari bukan hanya Surabaya tapi dari daerah juga ikut berpengaruh terhadap naik dan turunnya angka Covid-19. Saya titip agar koordinasi antarmanajemen tadi betul-betul dilakukan,” pesan Alumnus Fakultas Kehutanan UGM itu.
Lebih lanjut, Jokowi juga meminta untuk dipilahkan kategori pasien berat dan ringan, serta penempatannya di rumah sakit (RS) mana. Sehingga semua tidak masuk ke dalam satu titik serta tidak dipisah-pisahkan, juga tidak menumpuk pasien di satu RS sementara lainnya masih banyak yang kosong.
“Kemudian yang kedua, juga yang berkaitan dengan, ini sudah dilakukan saya ikuti terus, yang berkaitan dengan tes masif, pelacakan yang agresif, mengisolasi, men-treatment secara ketat, saya kira sudah dilakukan. Ini agar diteruskan dengan jumlah yang lebih banyak,” imbuhnya
Selain itu, Jokowi mengajak mengajak semua tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk menyosialisasikan mengenai protokol kesehatan. Seperti pentingnya memakai masker, pentingnya jaga jarak, pentingnya cuci tangan, terus diulang-ulang. Tadi disampaikan oleh Gugus Tugas bahwa masih 70 persen yang enggak pakai masker, ini angka yang gede banget. Oleh sebab itu, saya minta, hari ini juga saya minta kepada Gugus Tugas Nasional, Pak Menteri Kesehatan kirim masker sebanyak-banyaknya ke Surabaya, ke Jawa Timur.
“Yang kelima, saya titip ini utamanya kepada Gubernur, Bupati, dan Wali Kota agar setiap membuat kebijakan, agar setiap membuat policy selalu merujuk kepada data sains dan juga saran dari saintis. Jangan kita membuat kebijakan, membuat policy tanpa melihat data, tanpa mendengarkan saran dari para pakar, ini berbahaya. Minta masukan dari pakar epidemologi, minta saran dari pakar-pakar perguruan tinggi,” pungkasnya.
Sementara itu Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan kesiapannya dalam dua minggu kedepan akan bersinergi dan bersama-sama dalam menurunkan angka penularan Covid 19. Mudah-mudahan kerja keras yang telah dilakukan segala jajarannya bisa menurunkan secara signifikan kasus pasien positif di Jawa Timur. Selain itu, pihaknya juga bertekad untuk meningkatkan terus angka kesembuhan pasien positif Covid 19 di Jawa Timur.
“Mudah-mudahan kerja keras kita bisa memberikan penurunan yang lebih signifikan, dari kasus yang muncul dan dari penurunan angka kematian, dan sebaliknya adalah bagaimana meningkatkan angka kesembuhan dari seluruh pasien COVID-19 di Jawa Timur,” kata mantan Menteri Sosial itu.