Berbisnis dengan Tuhan

Analisa

by Arif Budi Setyawan

Pagi ini ada sebuah tulisan yang sangat menarik di linimasa media sosial Facebook saya. Tulisan itu ditulis oleh salah satu kawan lama saya yang dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi praktisi pendampingan UMKM di wilayah Jawa Timur dan beberapa wilayah lainnya di seluruh Indonesia.

Tulisan-tulisannya seputar UMKM selalu saya baca karena suatu saat nanti saya juga ingin menjadi penggerak UMKM di wilayah saya. Yang membuatnya menarik seringkali tulisan itu adalah berupa kisah dan pengalamannya selama menjadi pendamping UMKM.

Kali ini ijinkan saya menyajikan atau lebih tepatnya membagikan catatanya kepada Anda apa adanya sebagaimana yang ia tuliskan di dalam blog pribadinya di www.cakfahmi.com . Tentu saja sudah dengan seijin beliau yang selalu mengakhiri tulisannya dengan kata-kata “Jika bermanfaat silahkah di-share!”. Selamat menyimak !

*****

Berbisnis Dengan Tuhan

Mungkin kawan-kawan muslim sering mendengar caption diatas. Dalam Qur’an surat As-Shof 10-12 dijelaskan secara detail. Ada perniagaan yang tidak pernah rugi, silahkan dicek sendiri.

Saya akan sedikit menceritakan kisah singkat dari salah seorang kolega yang memegang prinsip tersebut. Sebagai refleksi bagi saya sendiri, dan mungkin juga bagi kawan-kawan yang merasa sudah berikhtiar, namun kenapa hasilnya belum kelihatan ?

Sudah merasa bekerja keras untuk membangun usaha, tiba tiba ada kejadian covid-19 yang meng-ambyar-kan bisnis yang sedang dirintis. Maupun usaha yang sedang berkembang.

Cerita tentang orang ketika muda menjadi aktifis masjid, merintis lembaga sosial kemudian bertransformasi menjadi pengusaha. Ceritanya seperti ini.

Cerita seorang pengusaha di Surabaya mengungkapkan kepada saya beberapa tahun yang lalu. Sering dirinya ditanya oleh orang orang mengenai apa rahasia suksesnya, sehingga usahanya bisa berkembang dengan pesat.

Dulu beliau dikenal hanya sebagai pengusaha percetakan, namun usahanya bisa berkembang menjadi usaha properti, transportasi dan lain-lain.

Ternyata jawabannya cukup sederhana.

Prinsip hidup beliau berorentasi akhirat.

Sejak awal berkeinginan untuk dapat membantu kepada orang lain.

Oleh karena itu beliau tidak pernah mencari pekerjaan, tapi menciptakan pekerjaan dan berorentasi dakwah.

Pada saat beliau mencoba mendirikan perusahaan pribadi, pada tahun 2011, tujuan awal hanya menolong orang yang tidak pekerjaan.

Ketika itu ada sahabatnya yang keluar dari sebuah percetakan, karena perselisihan.

Karena melihat sahabatnya sedang menganggur, kemudian terbesit untuk membuka usaha percetakan sendiri.

Ketika itu dirinya tidak modal untuk membeli mesin percetakan, namun karena beliau tadi mempunyai kedekatan dengan Bank Muamalat dan dapat dipercaya oleh perbankan. Maka dengan mudahnya bank memberikan kredit. Alhamdulillah usaha percetakannya terus berkembang.

Begitupula awal dirinya membuka properti, juga berangkat dari menolong seorang temannya pengembang yang sedang terlilit utang. Sampai andaikan temannya tadi tidak ditolong, dia akan masuk penjara.

Modal sendiri pun sebenarnya beliau tidak cukup. Namun karena kecerdasan finansial beliau rasanya tidak susah untuk mendapat kepercayaan perbankan.

Yang dimaksud kecerdasan finansial disini adalah kemampuan untuk dipercaya investor ataupun lembaga keuangan.

Walhasil proyek perumahan sahabatnya yang terancam dikasuskan dia take over.

Properti yang awalnya rugi menjadi menguntungkan, dia kembangkan terus usaha propertinya hingga saat ini.

Esensinya beliau tadi berwirausaha adalah untuk berdagang dengan Allah, keyakinan beliau usahanya nanti pasti akan dibantu Allah.

Ketika saya tanya apa maksud berdagang dengan Allah ? Jawaban dia sangat sederhana

“Setiap kita memulai usaha, kita niatkan untuk Allah. Sehingga sejak saya berangkat haji pertama 2003 saya minta Allah agar setiap tahun bisa beritikaf disana dan Alhamdulillah sejak 2006, setiap tahun bisa kesana”. Ujarnya.

Mengambil pelajaran dari rahasia sukses beliau saya tadi dapat kita renungkan.

Pertama dari sisi niat harus benar-benar ditata.

Contoh beliau tadi, beliau berniat berbisnis dengan Allah dengan maksud agar dapat menciptakan pekerjaan dan setiap tahun dapat beritikaf di masjidil haram.

Kedua, berbisnis harus dijalani dengan fokus dan dengan ikhlas.

Dari sanalah pasti ada Tangan Allah yang akan menuntun bisnisnya. Secara logika memang tidak dapat diterima, namun bagi Allah tidak ada yang mustahil.

Contohnya ketika sedang tidak punya modal, akhirnya bertemu dengan Bank dan tanpa diminta pun Bank akan memberikan pinjaman.

Karena sebenarnya bank yang membutuhkan pengusaha. Dia tidak akan dapat menyalurkan kreditnya, bila tidak ada usaha yang layak.

Ujung-ujungnya dalam ilmu bisnis tidak bisa dihitung secara matematis.

Kita tidak tahu ilmu matematika Allah. Ilmu bisnis dijalani dulu, ujung ujungnya ada yang mengatur.

Kalau sudah menjalani bisnis akan ada kecerdasan di jalan dan dari sanalah Allah yang mengatur. Disitulah esensi dari kecerdasan finansial yang hakiki.

Kembali kepada cerdas finansial, seorang pengusaha mampu mendayagunakan segenap potensi.

Para investor akan berbondong bondong menawarkan modalnya kepada anda, manakala Anda layak untuk di percaya dan usaha Anda menguntungkan.

Persoalan bisnis ini akan berhasil atau gagal, kita ikhtiar sekeras-kerasnya dan ikhlas dan tawakkal kepada Allah, pasti itulah yang terbaik bagi kita nantinya.

Masihkan Anda menganggap bahwa modal menjadi kendala utama dalam usaha ? Jika ya, berarti masih belum selesai persoalan mindset pengusaha yang kita bangun.

Begitupula pada saat ini mungkin usaha kita sedang diuji. Banyak sektor yang kolaps, sebagian lagi bertahan hingga akhir Juni.

Mungkin inilah yang menjadi pertimbangan new normal, atau nggak normal sekalipun.

Namun mungkin ini adalah bagian dari skenario Allah untuk menguji kembali niat dan ikhtiar kita dalam berbisnis.

Bila bermanfaat, silakan di-share !

Ditulis oleh :

Fahmi Tibyan, CEO/Founder Quanta Entrepreneurship Center Surabaya

Ilustrasi: pixabay.com

Komentar

Tulis Komentar