Pandemi COVID-19 yang belum juga berakhir membuat banyak pihak terlalu jenuh. Sebenarnya yang membuat ini semakin jenuh adalah karena adanya ketidakpastian. Alih-alih menurunkan pandemi, pemerintah malah tidak sabar membuka keran ekonomi dan menggalakkan herd immunity. Bukan hanya ekonomi, kesehatan kita juga diambang ketidakpastian.
Banyak pihak yang mengajak kita berdonasi dan menyebarkan penerimaan terhadap kondisi new normal. Sebenarnya ini secara positif bisa kita tanggapi baik karena memang hidup akan selalu ada perubahan yang tak terduga. Ini bukan hanya terjadi pada kita, pada indonesia saja, namun juga seluruh dunia.
Selain solusi penerimaan dan adaptasi pribadi terhadap new normal, teori konspirasi juga laku. PERMAINAN ELITE GLOBAL. Berseliweran video yang mengatakan bahwa ini adalah upaya negara tertentu untuk mengatur populasi, melemahkan ekonomi bahkan membuat new order. Teori ini diyakini bukan oleh kalangan kaleng-kaleng, tapi pengusaha, mantan menteri kesehatan, tokoh publik hingga ilmuwan dengan berbekal ‘katanya’.
Ada beberapa karakteristik umum teori konspirasi yaitu :
- Adanya rahasia besar yang dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu
- Berkata mengenai kebenaran dimana itu akan dikalahkan oleh ketidakbenaran
- Tipuan yang sulit dibuktikan
- Dibangun oleh kata-kata yang menekankan pendengar/pembacanya perlu mempercayai
- Kongklusi yang melompat
- Menggunakan konspirasi lainnya sebagai bukti konspirasi baru
- Jika hasilnya tidak sesuai dengan perkiraan, akan ada pembenaran dan alasan
Itu merupakan beberapa karakteristik teori konspirasi dimana saat ini sedang ramai. Memang sering kali isu konspirasi sangat sulit diterima karena menggunakan kebencian dan lebih emosional. Bisa jadi benar bisa jadi salah dimana sering kali menggunakan istilah ‘permainan intelejen’.
Dilansir dari detik.com. konspirasi berawal dari sudut pandang seseorang dengan mengabaikan atau bertentangan dengan fakta yang ada. Psikiater dari Rumah Sakit Marjoeki Mahdi, Bogor, dr. Lahargo Kembaren, SpKJ berpendapat bahwa isu konspirasi mengenai COVID-19 lebih mudah dicerna dibanding penjelasan medis, ilmiah atau istilah lainnya. Seseorang yang mempercayai teori ini biasanya akan sama dengan yang mengeluarkan teori tersebut.
Lebih lanjut,dr. Lahargo menjelaskan bahwa ciri-ciri secara kepribadian mereka yang meyakini isu konspirasi adalah keras kepala, selalu menentang, frontal dan paranoid. Selain itu ada sifat narsistik karena ketika mengeluarkan itu ia dianggap keren, spesial dan unik.