Benarkah ISIS Menggunakan Alquran yang Berbeda?

Analisa

by nurdhania

Seorang anak muda bercerita pada saya, ada rumor bahwa kelompok ekstrimis kekerasan, atau yang terkenal saat ini, ISIS, menggunakan Alquran yang berbeda, dan ada beberapa surat yang dihilangkan. Kemudian, dia meminta klarifikasi dari saya perihal rumor tersebut.

Saya belum pernah dengar rumor seperti demikian. Karena berdasarkan yang saya tahu ketika dulu mengikuti berita mereka dan membaca artikel-artikel mereka, mereka menyampaikan ayat-ayat dari Alquran seperti yang kita semua baca.

Tapi kalau coba ditelaah lagi, memang ada yang berbeda. Yaitu penafsiran mereka dengan hanya mengambil satu ayat dan langsung menghukuminya berdasarkan keinginan dan tujuan mereka. Mengartikan sesuai apa yang mereka ingini, dan mengkafirkan orang-orang di luar kalangan mereka atau tidak berpemahaman “Alquran yang sama”. Yang saya lihat dari mereka adalah tidak adanya pemahaman secara menyeluruh dan mendalam. Tidak menelaah atau membaca ayat-ayat sebelum, sesudah, dan yang lainnya. Padahal kan ayat Alquran saling menjelaskan satu sama lain.

Jadi jawaban untuk pertanyaan anak muda itu adalah tidak ada. (Ya, karena saya belum pernah dengar dan buktikan kalau kitab yang kelompok ini gunakan berbeda)

Pertanyaan anak muda ini mengingatkan saya pada sebuah kisah di buku If The Ocean were Ink: An Unlikely Friendship and A Journey to The Heart of the Quran karya Carla Power. Carla seorang jurnalis Amerika-Inggris yang sedang belajar Alquran bersama temannya yang seorang ulama Islam bernama Syeikh Muhammad Akram Nadwi. Syeikh Akram bercerita pada Carla tentang lelucon lama India.

Ada seseorang beragama hindu yang datang ke tetangganya yang muslim dan ingin meminjam Alquran. “Tentu saja,” kata si Muslim. “Kami punya banyak Alquran, akan saya ambilkan satu Alquran dari perpustakaan saya.” Seminggu kemudian, seorang hindu ini kembali. “Terimakasih banyak,” katanya. “Sangat menarik. Tapi saya pengen tahu, bisakah kamu meminjami saya Alquran yang lain?”.

“Itu kamu sudah pegang,”,kata si muslim. “Hanya ada satu Quran dan kamu sudah mendapatkannya.”.

“Ya, aku sudah membacanya,” balas si hindu “Tapi aku butuh Alquran yang diikuti oleh orang-orang muslim.”

“Lelucon tersebut benar,” kata Syeikh Akram. “Semua pembicaraan tentang jihad (jihad yang hanya berarti perang suci) dan membentuk sebuah negara Islam (khilafah) bukanlah yang Alquran katakan."

Saya kurang tahu, kenapa bisa muncul rumor seperti itu. Kalau menurut hemat saya, bisa saja rumor tersebut muncul karena beberapa orang yang heran bahkan bingung (seperti orang dalam lelucon di atas) dengan ajaran yang kelompok-kelompok ekstrimis ini. Mungkin ada yang berpikir, “Kok mereka melakukan tindakan yang barbar? Bukankah arti dari kata Islam itu sendiri adalah damai? Kok saudara atau teman saya yang muslim tidak pernah bertindak keras atau mempunyai ideologi seperti mereka, ya? Kok orang yang tidak sepaham dengan mereka bakal dimusuhi? Apakah benar demikian?”. Sehingga bisa muncul anggapan, “Oh mungkin saja tuntunan atau buku petunjuk mereka berbeda”.

Di sisi lain, tindakan kelompok-kelompok ekstrimis kekerasan yang telah banyak mengkorupsi arti Islam, membuat Islam tercoreng. Sehingga muncul islamofobia. Mereka melihat Islam hanyalah membunuh, dakwah dengan kasar, harus masuk ajaran mereka, kalau tidak ikut akan dibunuh atau dimusuhi.

Makanya, orang Hindu di lelucon di atas tidak menemukan hal-hal yang ia lihat di dalam Alquran. Karena memang tidak demikian. Di Alquran diajarkan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama, teknik dakwah yang baik yang diajarkan Nabi Musa, arti "jihad", anjuran untuk memaafkan, dan lain-lain

Berdasarkan pengalaman saya, beberapa hal yang dilakukan untuk mencegah dari kelompok tersebut yaitu dengan mempelajari Alquran secara menyeluruh, bertanya atau diskusi dengan orang yang berilmu. Kemudian harus kritis (memang ini tidak mudah, hehehe) dan mencari atau mendengarkan perspektif yang berbeda.

Komentar

Tulis Komentar