Kisah Para Lansia yang Baru Pertama Kali Masuk Penjara

Other

by Arif Budi Setyawan

Dulu ketika masih di lembaga pemasyarakatan (lapas) saya senang sekali ngopi bersama para napi lanjut usia (lansia). Yang disebut lansia di lapas adalah semua napi yang berumur di atas 50 tahun. Mereka ditempatkan di aula khusus yang isinya lansia semua. Saya suka datang ke tempat mereka untuk ngopi bareng sambil bercerita.


Hal umum yang paling menarik dari para napi lansia adalah fakta bahwa mereka masuk ke penjara di usia mereka yang telah senja, atau setidaknya di usia segitu mereka masih ada di penjara di saat orang-orang seusia mereka sudah mulai menikmati hidup di usia senja.


Bisa Anda bayangkan, orang-orang tua seperti mereka seharusnya sudah menjadi tanggungan dari anak-anaknya. Jika sakit seharusnya diobati dan dirawat oleh anak-anaknya. Tapi ini malah ada di penjara dengan kondisi yang serba terbatas. Bagaimana jika mereka sakit di penjara?


Salah satu sebab saya suka ngumpul dan ngopi bareng bersama mereka adalah ketika saya bersama mereka, saya merasa seakan-akan saya sedang bercengkerama bersama ayah saya. Saya juga jadi lebih bersyukur karena keadaan ayah saya jauh lebih baik dari mereka.


Rasa empati saya kepada mereka tumbuh semakin kuat karena saya juga memiliki orangtua seperti mereka. Ketika di antara mereka ada yang sakit, saya merasa sangat terpanggil untuk membantu mereka. Mungkin saya boleh kehilangan momentum merawat orangtua saya ketika beliau sakit, tapi saya tidak ingin kehilangan momentum untuk berbuat baik kepada teman-teman napi lansia itu.


Cerita bagaimana mereka bisa terjerumus dalam masalah hukum dan kriminal sangat beragam. Tapi bagi saya itu adalah masa lalu mereka. Saat itu merekalah orang-orang terdekat saya yang mana harus jadi prioritas jika ingin membantu. Mereka orang-orang tua yang sudah lemah tapi masih harus menjalani kehidupan di penjara. Jujur saja, saya paling iba melihat mereka daripada melihat napi-napi lain yang masih muda.


Dari mereka saya dapat banyak cerita tentang masa muda mereka. Dan di antara mereka ada beberapa orang yang masuk penjara baru pertama kalinya. Itupun karena sedang apes saja nasibnya.


Ada tukang ojek yang disuruh antar beberapa biji laptop. Eh pas sampai di tempat tujuan, yang akan menerima paket sudah diborgol dan dijaga polisi. Laptop dibongkar ada sabu di dalamnya. Akhirnya ia kena pasal kurir narkoba.


Ada lagi yang jadi sopir mobil pick up sewaan. Suatu ketika ada yang sewa mobilnya untuk mengantarkan beberapa keranjang/peti buah-buahan. Tidak mencurigakan. Isinya duku dan jeruk.


Sama dengan kasus tukang ojek. Sampai di tempat tujuan, eh si penerima sudah dijagain polisi. Peti dan keranjang buah dibongkar ada paketan sabu di dalamnya. Masuklah ia di penjara dengan dakwaan kurir narkoba.


Kasus seperti itu sering kali terjadi. Di antara para lansia saja ada 3 orang yang saya kenal baik orangnya. Belum yang tidak saya kenal. Mereka ini benar-benar tidak bersalah. Hanya sedang sial saja.


Ada juga kisah lansia yang sudah jadi pengamen sejak muda. Dia pandai sekali main gitar. Terutama lagu-lagunya Rhoma Irama. Sambil merem aja bisa dia mainkan.


Dia masuk penjara juga baru pertama kalinya. Kasus copet. Yang menarik adalah cerita bagaimana ia kok bisa sampai mencopet.


Suatu hari hasil dari mengamennya sangat sedikit. Tidak seperti biasanya. Sementara saat itu waktunya ia harus bayar kontrakan, listrik, dll. Ia kemudian tergoda untuk main judi dengan modal uang hasil mengamen yang tidak seberapa itu. Sialnya dia kalah. Uangnya habis.


Karena semakin kalut karena nggak bawa pulang uang, ia pun terpaksa mencoba mencopet di bus. Dan karena tidak pernah mencopet ia dengan mudah ketahuan dan kemudian dihajar massa sampai giginya ada yang rontok.


Di penjara kondisinya termasuk memprihatinkan. Tidak pernah dibesuk. Pakaian juga hasil pemberian dari napi yang lain. Sewaktu ia mau pulang saya memberinya pakaian saya yang masih bagus tapi sudah tidak muat, membelikan sepasang sandal, dan sedikit uang untuk ongkos naik angkutan umum pulang.


Dia juga memberitahu saya di mana saya bisa menemukannya di daerah Pasar Rebo yang merupakan area kerjanya. Tapi sampai hari ini saya belum sempat mencarinya. Mungkin suatu saat nanti.


Itulah beberapa kisah saya bersama para napi yang ada di Lapas Salemba. Dari merekalah saya belajar tentang kemanusiaan, taubat, kekeluargaan, empati sosial, dan belajar menyempurnakan akhlak dan adab dalam pergaulan.


ilustrasi: Pixabay.com

Komentar

Tulis Komentar