Beberapa Hal yang Bisa Dilakukan Selama Social Distancing

Other

by nurdhania

Sudah seminggu lebih kita melakukan social distancing, yaitu dengan tetap di rumah untuk memutus rantai penularan virus Sars-Cov 2 dan karantina diri bagi yang punya beberapa gejala atau berstatus ODP. Termasuk juga mengalihkan beberapa pekerjaan di luar rumah seperti rapat atau pertemuan, sekolah, kuliah, dan masih banyak lagi.

Ada juga sahabat-sahabat kita yang masih harus bekerja di luar rumah. Social distancing dengan stay di rumah juga membantu sahabat-sahabat di garda terdepan, untuk meringankan beban mereka. Hal ini merupakan salah satu cara yang kita lakukan untuk memelihara kehidupan manusia sebagaimana yang Allah sebutkan di surat Al-Maidah ayat 32.

Mungkin beberapa di antara sobat ngobrol merasa jenuh dengan di rumah terus. Belum lagi, melihat berita di tv maupun media sosial yang bikin kita ketar-ketir, atau khawatir bahkan sampai stres.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa jenuh dan ketar-ketir selama #dirumahaja:

1. Membaca berita dari sumber yang kredible. Ikut serta menyebarkan informasi yang benar dan tepat, serta mengkonter apabila ada teman atau anggota keluarga yang menyebarkan hoaks.

2. Mengingat Allah atau berzikir dan mengaji. Karena, dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram, sebagaimana yang Allah jelaskan dalam Surat Ar-Ra’d ayat 28. Tak lupa untuk berdoa dan ibadah.

3. Beres-beres rumah. Mungkin selama ini kita, pekerja 9 to 5, kekurangan waktu untuk mengurus rumah. Sekarang bisa jadi kerja sama dengan anggota keluarga lain atau ART untuk bersih-bersih rumah. Dari sini membantu dalam gerakan masyarakat bersih.

4. Meditasi dan yoga

5. Exercise, dan kardio. Jogging, dengan tetap melihat kondisi--apakah ramai atau tidak. Karena kita butuh udara segar di pagi hari dan sinar matahari.

6. Bereksperimen di dapur atau di garasi. Mana tahu selesai masa karantina ini kita bisa menjadi seorang ilmuwan atau penemu layaknya Bill Gates dan Steve Jobs yang memulai karyanya di garasi.
7. Rebahan. Waktu rebahan jadi semakin banyak.
8. Membuka FGD, forum group discussion lewat video call. Hitung-hitung setelah itu bisa ngegosip. *Eh.
9. Membuka donasi atau mengajak teman-teman untuk berdonasi, membantu para pekerja di garda terdepan.
10. Latihan bermusik. Selesai masa karantina atau wabah ini, bisa saja melahirkan musisi-musisi baru di Indonesia.
11. Membuat meme atau jokes untuk menghibur saudara-saudara kita. Tapi, tetap harus ingat: Lelucon yang dibuat bukan untuk menghina suatu kelompok atau menganggap remeh wabah pandemi ini. Atau menonton beberapa lelucon untuk menghibur diri dan orang lain.

12. Makan makanan bergizi.
13. Menulis diary “Empat Belas Hariku #DiRumahAja”. Doakan saja, bisa menjadi sebuah antologi. Kumpulan tulisan warga Indonesia selama karantina di rumah 14 hari.

Mengapa saya lebih menganjurkan untuk lebih banyak hal yang membuat kita “terhibur”. Agar tingkat stres kita berkurang, bahkan jangan sampai kita mengalami stress jangka panjang atau kronis. Karena stress, khususnya yang kronis , angat berpengaruh pada system imun tubuh kita. Sedangkan imun yang kuat itu sangat diperlukan agar kita tetap fit. Berdasarkan apa yang saya baca di sini.

Stres terjadi ketika peristiwa kehidupan melampaui kemampuan kita untuk dapat mengatasinya. Ini menyebabkan tubuh kita memproduksi hormon stres kortisol dalam kadar yang lebih besar. Dalam waktu singkat, kortisol dapat meningkatkan kekebalan kita dengan membatasi peradangan. Namun, seiring berjalannya waktu, tubuh kita dapat terbiasa memiliki terlalu banyak kortisol dalam darah Anda. Dan ini membuka pintu untuk peradangan lebih lanjut, kata Dr. Calabrese.

Selain itu, stres menurunkan limfosit tubuh--sel darah putih yang membantu melawan infeksi. Semakin rendah tingkat limfosit kita, semakin berisiko terkena penyakit.

Nah, tingkat stres yang tinggi juga dapat menyebabkan depresi dan kecemasan, sekali lagi mengarah ke tingkat peradangan yang lebih tinggi. Dalam jangka panjang, berkelanjutan, tingkat peradangan yang tinggi mengarah ke sistem kekebalan yang terlalu banyak bekerja dan lelah sehingga tidak dapat melindungi diri kita dengan baik. Kalau sudah ada peradangan kronis maka bisa ikut serta pada pengembangan penyakit system kekebalan tubuh lainnya.

Mengurangi stres tidak hanya membuat pikiran kita istirahat, tetapi mereka juga dapat menghilangkan tekanan pada sistem kekebalan tubuh. Dr. Calabrese menganjurkan dua teknik paling efektif, untuk mengurangi stres:

Meditasi (juga disebut mindfulness): Bermeditasi selama 10 menit hingga 15 menit, tiga atau empat kali seminggu untuk menurunkan stres Anda. Ini mengurangi kadar kortisol Anda dan mengurangi peradangan. Penelitian juga menunjukkan itu membantu mencegah kerusakan kromosom Anda yang mengarah pada kanker dan penuaan dini.

Yoga: Berlatih yoga juga menurunkan kadar hormon stres dan menenangkan sistem saraf Anda untuk mengurangi peradangan. Napas dalam membantu meningkatkan daya tahan Anda terhadap infeksi. Pose terbalik dalam yoga membantu sirkulasi cairan melalui sistem limfatik Anda, menyaring racun.

Namun, stres dalam situasi akut (jangka pendek) dapat menyehatkan dan melindungi, sehingga tidak semuanya buruk bagi kita. Ingat: ini adalah stres kronis (bertahan lebih lama dan sulit disembuhkan) yang ingin kita kendalikan.

Jadi, apa saja yang sudah dikerjakan selama social distancing? Sobat ngobrol juga bisa membantu menambahkan.

Komentar

Tulis Komentar