Menikmati liburan akhir pekan rasanya kurang seru tanpa menyelipkan agenda jalan-jalan ke luar kota. Kalau bahasa anak-anak milenial zaman sekarang namanya travelling. Tapi barangkali itu hanya bagi mereka yang kira-kira isi saldo tabungan cukup bahkan lebih, punya kendaraan pribadi, atau mereka yang sudah niat jauh-jauh hari.
Sementara bagi yang fakir, mungkin cukup hanya sekedar jalan-jalan ke mall. Meski cuma keliling tanpa belanja sama sekali, paling tidak itu sudah cukup untuk memanjakan mata dan melepas penatnya rutinitas kantor. Atau paling tidak, cukup nonton film.
Nah, ngomong-ngomong soal film, di bulan Maret ini sudah ada sederetan film menarik yang sudah atau siap rilis di bioskop tanah air. Banyak film yang sudah dinanti jauh-jauh hari, baik film buatan mancanegara atau dalam negeri.
Nonton film, entah itu di bioskop atau layar kaca TV, selain menjadi media hiburan, juga banyak manfaat lain bagi kesehatan jiwa.
Seperti dilansir dari Kompas.com (23/10/2018), bahwa ada sejumlah manfaat positif dengan menonton film. Di antaranya, dengan film akan memberikan pengetahuan baru. Seperti tentang sejarah, budaya, bahasa dan berbagai hal-hal baru yang belum pernah kita ketahui sebelumnya.
Selain itu, menonton film juga baik bagi kesehatan otak. Dilansir dari hallosehat.com, bahwa dengan menonton film bergenre horor, rupanya bisa membantu melepas senyawa kimia seperti dopamine, serotonin dan glutamat. Selain itu juga berfungsi sebagai terapi psikologis bagi para penderita depresi, gangguan mood, dan sebagainya.
Meski menonton film bisa memberikan banyak manfaat. Namun tidak semua film mendapat “tempat” bagi para penikmatnya. Film yang baik tak selalunya mendapat pujian dan apresiasi, terkadang juga tak luput pula caci-maki, dihujat sana-sini, hingga seruan boikot meski film belum tayang sama sekali.
Messiah dibintangi oleh Mehdi Dehbi, aktor asal Begia ini bercerita tentang seorang pemimpin spiritual misterius yang muncul secara tiba-tiba di Timur Tengah. Yang menarik, kemunculan sang messiah justru terjadi di tengah-tengah masyarakat modern saat ini.
Dahulu, para manusia pilihan bergelar Nabi mendakwahkan ajaran yang dianutnya dengan melakukan banyak perjalanan jauh hingga menyeberang samudera. Di serial Messiah, sang juru selamat ini memanfaatkan fasilitas media sosial untuk berdakwah dan merangkul umatnya. Tak pelak, kondisi tersebut memunculkan beragam kontroversi di tengah sebaran berita hoaks yang begitu massif saat ini.
Salah satu respons yang menarik dari serial tersebut: seandainya Al Masih atau Messiah benar-benar muncul di tengah masyarakat modern saat ini, apakah publik akan mempercayainya begitu saja? Atau yang terjadi justru masyarakat akan menganggap dirinya sebagai penipu, ahli pembual atau orang gila yang sekedar mencari sensasi?
Nah, yang menarik tentu saja reaksi dari kalangan organisasi Islam baik luar maupun dalam negeri. Jauh-jauh sebelum serial ini rilis pada awal Januari lalu, Messiah sudah mendapatkan banyak hujatan dan caci-maki. Tak tanggung-tanggung, bahkan kelompok puritan ini melalui media sosial menuntut agar pemerintah mencabut izin penanyangannya di Indonesia.
Terlepas dari berbagai kontroversi, toh film atau serial televisi hanyalah sebatas karya fiksi yang tujuannya untuk sekadar hiburan. Jika memang tidak sepakat dengan isinya, tinggal skip dan cari yang lain yang kira-kira sesuai dengan selera. Tidak perlu harus menggunakan berbagai narasi provokatif, apalagi seruan boikot segala.