Karena Semua Orang Ingin Dimengerti

Other

by Febri Ramdani

Perlu enggak sih kita memahami orang lain? Tentu perlu, dong. Sikap toleran dan memahami orang lain sangatlah penting bagi kita untuk diterapkan saat menjalani kehidupan bermasyarakat.

Sejatinya, semua manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Sehingga kita akan membutuhkan orang lain agar kehidupan yang sedang kita jalani ini bisa berjalan dengan baik. Tidak sewajarnya seorang manusia mengedepankan hasratnya untuk menang sendiri, bersikap egois justru akan berdampak kurang baik bagi diri sendiri maupun di lingkungan sekitar.

Dalam berumah tangga, misalnya, perlu ada rasa saling memahami satu sama lain. Setiap pasangan pasti memiliki kekurangan, baik itu dari pihak laki-laki maupun perempuan. Jika ada satu hal yang kurang dari si laki-laki/perempuan, sudah sepatutnya tugas pasangan yang memiliki “kelebihan” bisa menambal atau menutupi kekurangan pasangannya tersebut. Enggak bisa si suami harus menang terus terhadap istrinya dalam melakukan suatu hal, begitu pun sebaliknya.

Walaupun sejatinya seorang suami atau ayah adalah sebagai pemimpin di dalam sebuah keluarga. Namun, tetap diperlukan suatu komunikasi dan musyawarah di dalam membina rumah tangga tersebut. Agar terciptanya suatu kehidupan berumah tangga yang harmonis. Saling melengkapi, saling memahami.

Ideologinya masih keras?

Next, saya mau sharing sedikit nih. Masih dalam tema memahami, tapi dengan konteks yang sedikit berbeda.

Saya sempat mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak BNPT beberapa waktu yang lalu, acara yang berlangsung selama 2 hari tersebut di selenggarakan di sebuah hotel yang ada di kawasan Jakarta. Saya pun ditempatkan di satu kamar bersama dengan seorang mantan napiter (narapidana teroris) yang pernah ikut pelatihan militer di Afghanistan.

Di dalam kamar, beliau dengan santuy mengatakan bahwa ideologi Pancasila, NKRI, kebangsaan itu tidak benar. Secara tak langsung pernyataannya tersebut mengarah pada suatu tujuan yakni hendak mengubah sistem yang telah ada di Indonesia. Allahu’alam, apakah beliau memiliki niat atau tendensi yang menjurus kepada hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma dan etika agama atau tidak? Hanya Tuhan yang tahu.

Pada saat itu waktu telah sangat larut. Saya yang sudah sangat lelah karena baru saja pulang dari kuliah, sudah tidak terlalu memperhatikan lagi hal apa saja yang dikatakan oleh beliau setelah statement-nya bahwa ia tidak setuju dengan NKRI.

Dari hal itu, diperlukan peninjauan lebih lanjut dari pihak berwenang agar jangan sampai pemikiran-pemikiran tersebut memiliki potensi yang bisa merugikan orang lain. Tak luput peran kita semua agar bisa lebih jeli dan paham tentang sikap para orang-orang yang pernah terlibat dalam kasus kekerasan ekstrim macam terorisme.

Jika ada tetangga atau kerabat kita yang pernah terlibat dalam jaringan terorisme, seringlah kita ajak mereka untuk berdiskusi, mengobrol, saling bertukar pendapat, dsb. Agar ke depannya kita bisa paham dan mengerti tentang individu-individu yang masih memiliki pemikiran “tersebut”, sehingga dapat dibuatkan semacam “formula” yang tepat bagaimana cara menanggulangi pola pikir mereka. Mulai dari cara pendekatan, penyampaian, dan lain-lain. Bisa berbeda cara penanganannya.

Jangan sampai mereka dikucilkan, dijauhi, karena kita takut terbawa-bawa masalah yang pernah mereka miliki. Jika begitu, bukan tidak mungkin mereka bisa kembali menjadi “keras” dan bergabung lagi dengan kelompok lamanya.

Komentar

Tulis Komentar