Mengenal Berbagai ‘Tools’ yang Digunakan Para Jihadis dalam Berkomunikasi (1)

Other

by Arif Budi Setyawan

Kelompok jihadis itu adalah sekumpulan orang yang unik yang memiliki pola pikir yang unik. Mereka memiliki beberapa ciri khas yang tidak ada pada kelompok lain. Memiliki peraturan yang khas. Dan seringkali menggunakan pola-pola tertentu dalam beberapa kegiatan yang umum dilakukan oleh kebanyakan orang. Misalnya dalam komunikasi.


Komunikasi adalah hal yang umum. Tapi mereka perlu jalur yang aman. Perlu ungkapan-ungkapan khas atau sandi-sandi yang hanya dimengerti oleh mereka. Mengapa harus begitu?


Sebagai orang yang pernah aktif di kelompok jihadis radikal dan lama mengikuti perkembangan jihad global, izinkan saya untuk berbagi pengetahuan dengan Anda.


Mengapa dulu kami perlu komunikasi yang aman dan hanya kami yang bisa memahaminya?


Itu karena kami menyadari sepenuhnya bahwa gerakan kami adalah gerakan gerilya. Di mana sifat utama gerilya adalah klandestin. Tak boleh terlihat tapi bisa tiba-tiba muncul dengan sebuah aksi. Selain itu kami harus selalu sadar bahwa kami beraktivitas di wilayah yang dikuasai musuh.


Jadi, ketika ada sebuah aksi serangan yang berhasil, maka itu berarti ada beberapa aspek yang telah dimenangkan. Antara lain; berhasil mengelabui aparat keamanan sehingga tidak terdeteksi, munculnya beragam opini di masyarakat, dan bisa digunakan untuk propaganda membakar semangat bagi kelompoknya.


Salah satu contoh: Serangan WTC 11 September 2001


Propaganda terkuat yang dimunculkan adalah bahwa ternyata negara super power dengan anggaran pertahanan dan militer terbesar di dunia, dan didukung oleh kecanggihan teknologi dan kemampuan SDM yang mumpuni, luluh lantak oleh serangan tersebut. Hancur berantakan karena serangan sekelompok -kecil- orang saja.


Teknologi dan kemampuan aparat keamanan mereka yang konon bisa membaca pergerakan tikus di dalam sarangnya, ternyata tidak bisa mendeteksi kehadiran para pelaku pembajak pesawat. Menurut beberapa kisah yang beredar di forum jihadi, beberapa para pelaku serangan itu bahkan sudah ada di Amerika sejak tahun 1998. Mereka belajar menerbangkan pesawat di sekolah pilot yang ada di Amerika.


Bagaimana bisa?


Dari propaganda itulah tak heran jika di kemudian hari setiap manual tentang komunikasi yang aman, perjalanan yang aman, meng-cover diri yang aman, dan sebagainya yang dirilis oleh Al Qaeda, langsung dianggap sebagai manual terbaik. Bahkan sampai hari ini pun masih banyak yang menganggap demikian.


Apalagi ketika Al Qaeda beberapa kali kembali berhasil membuktikannya pasca serangan 9/11. Seperti kisah keberhasilan mereka menjatuhkan pesawat kargo dengan ‘bom printer’ di tahun 2010. (Lihat post terkait : https://www.ruangobrol.id/2019/11/03/kisah/november-rain-kenangan-yang-berkesan-1/ dan https://www.ruangobrol.id/2019/11/04/kisah/november-rain-kenangan-yang-berkesan-2-habis/ )


Sebagaimana Anda ketahui, Al Qaeda juga aktif mengikuti perkembangan teknologi informasi. Mereka sadar potensi perluasan ‘medan perang’ mereka akan semakin pesat dengan memanfaatkan teknologi informasi. Selain propaganda terbuka melalui forum-forum jihadi dengan rilisan-rilisan resmi mereka, Al Qaeda juga memandang perlunya jalur komunikasi yang aman antar personel pendukung mereka.


Untuk itu mereka kemudian mengembangkan program enkripsi file, enkripsi surat, dan enkripsi pesan. Lalu berkembang lagi sampai ada enkripsi percakapan online. Di mana semua itu dibuat oleh orang-orang Al Qaeda yang terpercaya. Mereka tidak mau menggunakan program enkripsi buatan pihak lain. Karena boleh jadi pihak yang membuat program itu telah menyerahkan kunci enkripsinya kepada aparat keamanan.


Selain membuat program enkripsi khusus, sebagai alternatif lain mereka juga menyarankan menggunakan program-program buatan pihak lain namun dengan memanfaatkan fitur atau celah yang bisa dimodifikasi agar sesuai dengan kebutuhan mereka.


Misalnya penggunaan aplikasi Telegram yang belakangan marak. Dulu di awal kemunculannya kami -saya dan teman-teman di MIT- biasa memanfaatkan fitur self destruct yang bisa menghancurkan pesan dalam tempo waktu yang bisa diatur.


Nah, selain aplikasi Telegram yang kita kenal saat ini, ada beberapa aplikasi yang biasa kami gunakan sejak dulu dalam komunikasi dan bertukar data. Saya akan jelaskan sejarahnya, bagaimana cara kerjanya, dan apa kelemahannya satu per satu pada tulisan mendatang.


(Bersambung)


ilustrasi: pixabay.com

Komentar

Tulis Komentar