Dari Keren hingga Tergelincir Kelompok Radikal

Other

by Eka Setiawan

Tidak ada sebab tunggal tergelincirnya seseorang masuk dalam pusaran kelompok radikal. Ada banyak faktor, artinya tak melulu sebab simbol-simbol yang biasanya berkaitan dengan “agama”.

Biasanya, seperti informasi yang kerap bertebaran di media, atau bahkan mungkin dari lingkungan sekitar kita, orang yang akhirnya tergelincir di kelompok itu awalnya menutup diri.

Kemudian tampak religius, baik dari pakaian maupun cara bicaranya. Tiap hari yang diomongkan itu-itu saja, dari yang moderat menjadi eksklusif.

Ternyata itu tak berlaku bagi semua.

Seorang eks narapidana terorisme yang saya temui, bercerita Selasa (7/1/2019) malam. Awal mula masuknya dia ke kelompok radikal bukan karena sebab-sebab itu.

Ketertarikannya, ketika itu dia masih awal-awal kuliah, karena melihat ada gerakan banyak anak muda untuk “mendaftarkan” diri ikut andil kegiatan kemanusiaan.

“Bagi saya itu keren. Kok ada gerakan-gerakan seperti itu. Itulah yang membuat saya bergabung,” kata dia.

Menurutnya, membantu sesama, apalagi orang-orang yang jadi korban konflik, adalah kegiatan positif. Tidak ada alasan untuk tidak ikut gerakan itu.

Setelah mendaftar, pada suatu titik, ternyata dia bertemu dengan anak-anak muda lain seusianya yang berasal dari berbagai wilayah.

“Wah macam-macam, ada dari Palembang dari mana-mana. Saya sendiri tidak kenal mereka semua, kami tidak saling kenal,” lanjutnya.

Ternyata sesampainya di tujuan, mereka tidak hanya diminta terjun ke medan konflik dalam rangka menolong para korban. Ternyata ada “sekolah” khusus yang mau tak mau harus mereka ikuti, dan ternyata itu adalah perekrutan kelompok radikal.

Beruntung, eks napiter yang saya temui itu bisa keluar dari kelompok tersebut. Pastinya bukan perkara mudah. Tapi tekad kuat, menyadari kekeliruannya, itulah yang menyebabkan dia akhirnya bisa betul-betul lepas dari lingkaran kekerasan.

 

 

Komentar

Tulis Komentar