Nadiem Makarim Hapus UN, Cukupkah?

Other

by nurdhania

Setelah beberapa waktu lalu membahas Mas menteri, kini kita bakal bahas sedikit program barunya cukup "kontroversi" (Lihat : Nadiem Makariem Jadi Mendikbud, Guru Pakai Rating). Mas Menteri Nadiem Anwar Makarim mencanangkan sebuah program bernama "Merdeka Belajar" dengan menghapus UN. Padahal, itu mah cuma pemberitaan media aja biar keliatan bombastis. Bukan dihapus, tapi diganti.

Adapun Program "Merdeka Belajar" ini meliputi Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi.

Ada satu hal yang cukup menarik perhatain dalam perubahan UN di tahun 2021. “Penyelenggaraan UN tahun 2021, akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter, yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter,” kata Mendikbud seperti yang dilansir Kompas.com.

Kemampuan akan literasi dan penguatan pendidikan karakter yang paling saya sorot disini. Harus diakui, literasi atau minat baca masyarakat indonesia cukup rendah. Makanya banyak masyarakat yang gampang kena hoax dan terima berita provokasi.

Sebenarnya, Mas Menteri menghimbau masyarakat agar gemar membaca. Tapi ingat, bukan dengan memaksa. Ia mengajak untuk mencintai buku dan membaca. Hal ini karena era teknologi serta informasi yang dapat diperoleh dengan cepat, sehingga kebutuhan akan literasi sangat penting. Harapannya, masyarakat tidak mudah nyebar hoax, komentar asal tanpa sumber, dan gampang terprovokasi.

Selain itu, menurut saya ada baiknya dalam kurikulum atau subjek penguatan pendidikan karakter ditambah pelajaran mental health, media sosial terutama adab dan akhlak di media sosial. Kenapa? Pengguna internet dan media sosial sudah dipenuhi dengan siswa dari usia TK sampai usia tua. Setidaknya, para pengguna lebih tau etika dan konsekuensi ketika berinteraksi dengan pengguna yang lain.

Sering kali kita dan beberapa netizen cepat terbawa emosi ketika membaca atau menonton beberapa konten yang "aneh" di media sosial. Kesabaran sering hilang dan akhirnya berujung berantem dan saling hujat. Selain itu, juga sering terbawa emosi untuk segera menyebarkan berita yang belum tau kebenarannya.

Kesabaran sangat dibutuhkan ketika terjun ke dunia maya karena tabayyun atau memeriksa suatu berita bukan hal yang mudah. Kita butuh kesabaran ekstra ketika mencari sebuah kebenaran. Gimana gak? Kita harus buka situs resmi A, B, C, kemudian tanya ahli A, B, C. Tapi lebih baik ribet diawal, daripada harus menjebloskan orang ke lubang buaya.

Teman saya pernah suatu masa berpesan, buat apa pendidikan tinggi tapi gak punya adab dan akhlak? Ya.. Bener juga. Jadi, memang harus diseimbangi semuanya. Kita bisa lihat, ada yang sekolah sampai jenjang perkuliahan tapi berkomentar di dunia maya sangat tidak bijak. Semoga program dan kurikulum yang dicanangkan Nadiem Makarim bisa berjalan lancar dan dapat diterapkan di seluruh sekolah di Indonesia.

Komentar

Tulis Komentar