Perjuangan Returnees Kembali Ke Bangku Kuliah

Other

by Febri Ramdani

Sepulang dari Suriah, sebenarnya saya sendiri hampir tidak menyangka bisa melanjutkan pendidikan ke bangku perkuliahan. Sebagai returnees, kami memulai hidup dari nol lagi serta faktor ekonomi yang kurang memadai. Namun saya masih diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk kembali mengeyam pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi di sebuah Universitas.

Setelah beberapa bulan coba mencari informasi kampus mana yang memiliki kemungkina, saya menemukan satu kampus yang cocok. Pertengahan 2019 saya memberanikan diri untuk mendaftar disana. Saya hanya membawa fotokopi Ijazah legalisir SMA yang ternyata belum saya ambil di sekolah lama. Adapun beberapa printilan yang diperlukan, seperti foto, kartu identitas, dan tentu saja niat di dalam hati.

Proses pendaftaran berjalan lancar hingga ujian/tes masuk pun di selenggarakan. Rasa nervous, tegang, serta deg-degan seringkali menghampiri saya saat menunggu hasil tes di umumkan. Hingga sampailah pada saat hari H pengumuman penerimaan mahasiswa baru. Saya cek pengumumannya di website kampus tapi ternyata, saya dinyatakan tidak lulus.

Jantung serasa berhenti sesaat, dan rasa was-was yang menyelimuti saya berubah menjadi sebuah asa yang semangatnya hampir sirna. Sempat down selama beberapa waktu, dan merasa bahwa saya adalah seseorang yang sangat bodoh. Di samping itu, Tuhan juga sepertinya belum mengizinkan saya untuk bisa melanjutkan kuliah.

Dan si sela-sela kegalauan tersebut, saya kembali teringat kejadian yang menimpa saya dua tahun lalu. Tepatnya pada September 2016. Saat itu saya pergi meninggalkan bumi Indonesia karena tergiur akan propaganda salah satu kelompok ekstrimis ISIS. Katanya tersedia fasilitas pendidikan yang baik, terjamin, serta bebas dari segala macam biaya.

Namun, kenyataannya saya sama sekali tidak mendapatkan janji-janji manis tersebut, justru malapetaka lah yang saya dapatkan. Hingga suatu ketika, saya beserta keluarga pun diberikan kesempatan agar kembali lagi ke Indonesia. Hal itu selalu membuat saya bersyukur kepada Tuhan dan menghargai jasa-jasa semua pihak yang telah membantu saya agar hal tersebut bisa terealisasi.

Kenangan itu pun kembali me-recharge saya supaya jangan sampai usaha-usaha yang telah dilakukan itu menjadi sia-sia. Saya pun kembali mencoba untuk ikut tes gelombang selanjutnya di kampus yang sama, dengan effort yang tentu saja jauh lebih besar dari sebelumnya. Saya berpikir bahwa kesalahan bin kebodohan saya yang lalu harus bisa diperbaiki. Hal itu bisa meningkatkan kapasitas diri agar menjadi lebih baik lagi.

Singkat cerita, pengumuman gelombang selanjutnya pun keluar dan AlhamdulillahiRabbilalamin, nama saya dinyatakan lolos. Subahanallah, rasa senang dan bahagia pun menghancurkan asa yang hampir hilang tadi. Disini saya juga kembali mengingat sebuah ayat di Al-Qur’an Surat Al-Anfal ayat 53 yang artinya:
"Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah diberikan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui,"

So, banyak hal mulai dari masalah pekerjaan, kegiatan perkuliahan, sekolah, sampai hubungan sesama makhluk haruslah kita sikapi dengan baik. Yakni dengan selalu mengapresiasi atau menghargai setiap hal/perbuatan yang kita dapatkan, dari orang lain maupun diri kita sendiri, kecil atau besar. Karena sikap tersebut lah yang bisa membuat kita selalu bersyukur dalam menjalani kehidupan hingga saat ini.

Komentar

Tulis Komentar