Ini adalah kisah pengalaman saya menjalin relasi dan menjaga hubungan baik dengan para warga binaan di lembaga pemasyarakatan (lapas) yang ketika di luar merupakan pelaku kriminal.
Ketika sudah dipindahkan ke lapas dan berhasil berdamai dengan keadaan serta memiliki pondasi yang kuat dalam berpikir positif, selanjutnya saya mulai melakukan hal-hal yang positif.
Hal-hal yang positif adalah hal-hal yang minimal bisa membuat diri ini merasa nyaman di dalam penjara. Berangkat dari situlah saya kemudian menemukan bahwa kunci kenyamanan hidup di penjara adalah hubungan yang baik dengan sesama penghuni lapas, termasuk juga dengan para petugas dan pejabat lapas.
Saya yakin ketika hubungan itu berjalan baik tidak akan ada gangguan yang berarti, karena semua bisa dikomunikasikan dengan baik. Jika terjadi suatu masalah semua pasti akan mencari jalan keluar yang terbaik bagi semuanya.
Lalu bagaimana caranya menciptakan hubungan yang baik dengan sesama penghuni lapas yang memiliki beragam latar belakang, termasuk dengan para petugas dan pejabatnya?
Sebagai seorang Muslim, saya diajarkan tentang adab dan akhlak terhadap sesama muslim, terhadap sesama manusia, dan terhadap sesama makhluk Tuhan. Jadi, untuk menciptakan hubungan yang baik, saya hanya perlu menunjukkan akhlak yang baik sesuai ajaran Islam yang saya yakini kepada semua orang sesuai dengan kondisi dan kedudukan mereka masing-masing.
Di dalam penjara itulah saya belajar untuk tetap berakhlak baik meski terhadap pelaku kriminal sekalipun. Dan saya mendapati sebuah pelajaran yang sangat berharga, bahwa ternyata seorang kriminal sekalipun jika mereka dihargai dari sisi kemanusiaannya (sebagai manusia) mereka masih bisa menghargai kita.
Saya juga belajar untuk lebih tulus dan ikhlas dalam berbuat. Ketika masih di luar mungkin saya masih sering berpikir bahwa berbuat baik itu sebaiknya hanya kepada orang-orang baik saja, tapi di dalam penjara saya berhasil mengubah pemikiran itu. Jika saya benar-benar ikhlas, maka seharusnya saya tidak boleh pilih-pilih dalam berbuat baik.
Ya…saya menemukan arti ikhlas dalam berbuat baik kepada sesama adalah ketika di penjara. Saya berlatih untuk tidak mempedulikan sikap orang lain kepada saya, tapi lebih peduli pada apa yang saya lakukan pada mereka.
Jika mereka kemudian jadi menghormati saya atau berbuat baik kepada saya, maka itu saya anggap sebagai balasan dari Allah SWT yang diberikan kepada saya di dunia. Jika seandainya mereka masih punya niat jahat atau tidak menghargai saya, maka saya serahkan itu kepada Allah SWT karena itu urusan mereka dengan Tuhannya. Urusan saya adalah berbuat baik karena Allah, bukan karena manusia.
Biasanya saya memulai kontak dengan orang lain dengan menanyakan sesuatu tentang pekerjaan atau aktivitas yang biasa dilakukan olehnya atau yang sedang dilakukannya. Karena menurut saya, orang akan merasa dihargai ketika ada yang peduli dengan apa yang mereka lakukan. Apalagi jika kemudian bisa menyemangatinya dengan memberikan apresiasi baik secara lisan maupun perbuatan.
Misalnya: seorang tamping (tahanan pendamping) bagian pertamanan akan saya tanyai tentang tanaman-tanaman yang ada. Lalu saya berbagi pengalaman dalam merawat tanaman dan memberitahukan beberapa nama tanaman yang ternyata ia tidak tahu namanya berikut keistimewaannya.
Dan karena saya suka jalan-jalan dan memperhatikan, maka tidak sulit bagi saya untuk memiliki banyak teman yang berasal blok-blok lain di lapas dalam waktu waktu yang relatif singkat.
Teman-teman saya itu mulai dari para tamping yang bekerja di Balai Latihan Kerja, tamping di lingkungan kantor Binadik, tamping Pramuka, tamping dapur, sampai para santri dan lansia. Tak ketinggalan pula tamping perpustakaan dan para personel Lasamba Band. Bahkan juga dengan tamping Gereja dan Vihara pun saya berteman.
Dengan para sipir penjaga pun biasanya saya mulai dengan menanyakan pengalaman kerja mereka, suka duka selama menjadi sipir, dst. Rupanya, dengan mengawali bertanya seperti itu merupakan sebuah bentuk apresiasi bagi pekerjaan mereka, karena mereka kemudian merasa berharga dan dihormati.
Setelah mereka merasa nyaman dengan saya biasanya mereka gantian ‘menginterogasi’ saya tentang pengalaman menjadi ‘teroris’. Saya juga jadi merasa berharga, ternyata ada orang yang tertarik dengan kisah pengalaman jadi teroris.[Hahaha]. Lama kelamaan kami jadi semakin akrab. Bahkan sampai menjelang bebas saya sampai bisa tahu klub sepakbola favorit mereka masing-masing.
Foto Dok Lapas Kelas I Semarang
Para warga binaan pemasyarakatan (WBP) Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang mengikuti kegiatan keagamaan di komplek lapas.
Komentar