Resolusi Jihad Pertempuran Surabaya

Other

by Eka Setiawan

Tepat 74 tahun lalu, yakni 10 November 1945 terjadi pertempuran besar di Indonesia, Surabaya tepatnya, yang kemudian kita peringati sebagai Hari Pahlawan. Pertempuran ini juga bisa dibilang jihadnya arek-arek Surabaya melawan Sekutu yang diboncengi tentara NICA (Belanda).

10 November itu puncaknya pertempuran ketika Sekutu mengultimatum Indonesia untuk menyerahkan persenjataan. Sebelumnya, terjadi serangkaian pertempuran di sana, hingga pada 30 Oktober 1945 terjadi insiden Brigjen Mallaby terbunuh oleh pemuda Indonesia di Surabaya. Mallaby yang merupakan perwira tinggi Inggris untuk wilayah Jawa Timur.

Ultimatum itu jelas tak mau dipenuhi. Sebab, Sekutu yang datang sekaligus ingin melucuti tentara Jepang ada maksud lain, yakni NICA ingin kembali menancapkan kekuasaanya di Indonesia. Padahal tentu saja, ketika itu Indonesia sudah merdeka.

Akhirnya terbitlah fatwa Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama (NU), menggerakkan pemuda, warga dan kalangan santri untuk bertempur dalam rangka perang suci mempertahankan kemerdekaan.

Fatwa itu salah satunya muncul atas permintaan Presiden Sukarno memohon fatwa hukum pada ulama. Sukarno meminta fatwa kepada K.H.Hasyim Asyari. NU dipilih karena merupakan organisasi Islam terbesar saat itu.

Selain Sukarno, beberapa tokoh militer dari Surabaya juga menghadap Hasyim Asyari untuk meminta fatwa. Bung Tomo salah satunya.

Dikutip dari liputan6.com, fatwa Resolusi Jihad sebagai perang suci mempertahankan kemerdekaan ditetapkan. Tepatnya pada 21-22 Oktober 1945. Lokasinya di Surabaya.

Resolusi Jihad itu ada 5 butir. Di antaranya; kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 wajib dipertahankan, umat Islam terutama anggota NU wajib angkat senjata melawan penjajah Belanda dan sekutunya yang ingin kembali menjajah Indonesia.

Tak kalah penting, butir Fatwa Resolusi Jihad itu adalah setiap Muslim yang tinggal radius 94km wajib angkat senjata melawan musuh, sementara yang tinggal di luar radius itu harus membantu dalam bentuk materi bagi mereka yang berjuang.

Fatwa inilah yang disambut berapi-api, membakar semangat terutama arek-arek Surabaya. Mereka bertempur dengan gagah berani, meski kalah persenjataan namun mereka bisa memetik kemenangan. Pertempuran 10 November adalah puncaknya, memakan korban ribuan nyawa termasuk dari musuh. Banyaknya pejuang dan sipil yang gugur itu akhirnya membuat 10 November dikenang sebagai Hari Pahlawan.

 

FOTO: Pixabay.com

 

 

Komentar

Tulis Komentar