“Dan ini dia, mereka dengan izin Allah telah berhasil menegakkannya (khilafah). Dan saya telah di berikan ujian dalam hal ini. Sungguh saya sedang di uji melalui amanat yang berat ini. Maka dari itu di sini saya tegaskan kepada kalian bahwa saya tidak lah lebih baik dari kalian dan bukan yang terbaik dari kalian. Maka apabila kalian melihat saya sedang berada di atas haq maka bantulah saya. Dan jika kalian melihat saya dalam kesesatan maka nasehatilah saya. Maka ta’atilah saya selama saya mentaati Allah. Dan apabila saya sedang dalam ma’siat kepada-Nya maka tidak ada ketaatan atas kalian. Dan saya tidak akan pernah menjanjikan kalian sebagai mana yang telah dijanjikan oleh para raja dan para wazirnya. Janji akan kesenangan, keamanan, dan kenyamanan. Akan tetapi saya menjanjikan kalian apa yang telah Allah Tabaraka wa Ta’ala janjikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman."
Respon umat muslim pun beragam. Ada yang heran, bingung, bertanya-tanya dan ada juga senang. “Masa sih, ada kekhilafahan lagi? Bukankah hal tersebut hanya pada zaman nabi dan para sahabatnya?" kata saya saat itu. Dari testimoni yang ada, beberapa orang menyatakan teringat akan sosok Abu Bakar dan juga Umar Bin Khattab.
Saya kemudian tertarik mencari tahu keberadaan khilafah baru ini di media sosial. Pasalnya saya memang pernah punya harapan tinggal di kehidupan seperti zaman Nabi penuh keadilan dan kesejahteraan. Sedangkan di negeri ini banyak ketidakadilan di negeri ini akibat politik. Ketertarikan ini berujung pada kurang lebih setahun kemudian saya dan keluarga berhijrah ke negeri khilafah baru tersebut.
Fakta Khalifah Al Baghdadi
Angan-angan akan sosok khalifah yang mengayomi rakyatnya, bak Abu Bakar, Umar bin Khattab tidaklah terwujud. Hal itu saya buktikan setelah 1 tahun 10 bulan tinggal di wilayah mereka. Tidak pernah satu kalipun "Khalifah" Baghdadi menunjukan batang hidungnya, baik secara kemunculan di media dalam daulah apalagi secara fisik muncul di publik.
Saya pernah bertanya kepada salah seorang perempuan disana, yaa seperti sedikit curhat, “Khalifah kemana ya? kok gak pernah muncul, padahal dulu kan Umar bin Khattab rutin mengunjungi rakyatnya, ngurusin kaum dhuafa, bahkan sampai turun ke pasar. Begitupun dengan Abu Bakar ash-Shiddiq yang mendatangi rumah kaum dhuafa dan membantu memerahkan susu kambing untuk mereka”. Lantas, perempuan itu menjawab dengan nada agak kurang enak, “Kan khalifah sibuk ngurusin perang! Beliau kan sudah punya bawahan-bawahan yang mengurusi rakyat!” Jadi bagi mereka, urusan perang adalah hal yang paling penting?
Beberapa tahun setelah kemunculan perdananya di hadapan publik, Al Baghdadi muncul kembali di sebuah video rilisan al-Hayat. Ia nampak sedang menerima laporan kliping. Ia nampak baik-baik saja, bahkan semakin berisi. Lah, warga Suriah serba kekurangan akibat perang.
Padahal beliau sendiri yang bilang bahwa “saya tidak akan pernah menjanjikan kalian sebagaimana yang telah dijanjikan oleh para raja dan para wazirnya. Janji akan kesenangan, keamanan, dan kenyamanan”. Sedangkan media ISIS menyebarluaskan berbagai macam foto dan video yang menggambarkan kehidupan indah di bawah naungan khilafah. Di beberapa video rilisan ISIS tidak sedikit pendatang yang memberikan testimony, bahwa mereka merasakan keamanan, kesenangan, kesejahteraan, dan kenyamanan hidup.
Sebelum kami datang kesana, kami sempat menghubungi lewat media sosial beberapa agen ISIS. Mereka jelas mengatakan akan memberikan kehidupan dan kenyamanan. Kami semakin meyakinkan untuk berhijrah ke wilayah mereka. Meskipun akhirnya kami sadari, pidato tersebut bertentangan dengan propagandanya.
Respon Kematian Al Baghdadi
Hari minggu lalu (27/10), Presiden Amerika Donald Trump membuat sebuah pernyataan resmi tentang terbunuhnya pemimpin ISIS tersebut. Kemarin (29/10), Amerika juga mengumumkan bahwa jenazahnya dibuang ke laut.
Setidaknya ada dua kemungkinan respon pasca berita kematian tersebut. Para pengikut setianya bisa jadi tidak percaya, karena berasal dari media sekuler dan Amerika. Mereka berpandangan bahwa tidak dibenarkan untuk mendengarkan perkataan orang fasik. Selayaknya berita kehancuran wilayah ISIS dua tahun lalu. Disisi lain, mereka percaya justru bersemangat untuk ikut jejak sang pemimpin yang mati bersama keluarganya menggunakan bom bunuh diri. Hal ini sesuai dengan slogan "Sami'na wa atho'na" (Kami dengar dan kami taati). Kematian Al Baghdadi tidak menjadikan ideologi-nya habis.
Komentar