Para pengguna media sosial akan nyaris selalu mengenali Awkarin. Gadis 21 tahun itu memang sering dianggap kontroversial karena aksinya di media sosial. Jika kita googling namanya, pasti langsung muncul media-media yang menjabarkan kontroversinya bahkan hal-hal tabu yang dianggap layak untuk diperbicangkan.
Terlepas dari perbincangan kontroversial tentang Awkarin, beberapa waktu lalu Awkarin tampil di Senayan di tengah mahasiswa. Ia membagikan nasi kotak untuk para demonstran mahasiswa. Tidak tanggung jumlah yang dibagikan mencapai 3.000 kotak! Tanpa make up, tanpa kamera. Hal yang mungkin jarang dilakukan influencer lain.
Tak lama kemudian, perempuan bernama asli Karin Novilda ini terbang ke Palangkaraya. Ia turut menjadi sukarelawan pemadaman api kebakaran hutan disana. Apresiasi terhadap Awkarin pun semakin tinggi dan tak jarang ia banjir pujian atas aksinya tersebut. Ke tengah hutan lho! Cemong-cemong. Presiden aja sepatunya doank yang cemong.
Awkarin kemarin (14/10) terlibat debat di Twitter bersama politikus Budiman Sudjatmiko. Budiman sebenarnya tidak menyerang Awkarin (menurut saya), namun netizen yang haus pertengkaran melihat ini sebagai hal berbeda. Berikut kutipan twit Budiman Sudjatmiko :
“2 contoh kebaikan oleh 2 perempuan: 1. Awkarin & 2. Tri Mumpuni. Yang pertama basisnya sensasi, yang ke 2 esensi. Kebaikan harus sensasional tapi yang lebih penting juga esensial. Tak cukup salah 1. Budaya kita lebih suka yang pertama, meski tubuh kita butuh yang kedua.” – @budimandjatmiko
Selanjutnya, aktivis 98 tersebut menyebutkan tentang esensial mengubah nasib secara mendalam tapi sedikit, berbeda dengan sensasional. Namun, netizen langsung menyerang Budiman atas kata “SENSASI”. Awkarin juga tak terima disebut cari sensasi.
Jika kita menelisik lebih lanjut, sensasi menurut KBBI adalah yang membuat perasaan terharu; yang merangsang emosi. Namun arti lainnya adalah yang merusuhkan (menggemparkan); kegemparan; keonaran. Nah, sensasi ini lebih sering dilihat sebagai arti yang kedua. Setiap hal-hal yang disebut sensasional akan mengalami peyorasi sehingga terlihat buruk. Salah siapa? Tentu para pembuat berita yang suka klikbait.
Terlepas tentang perdebatan itu, Awkarin menjadikan twitter sebagai wadah ia mengeluarkan pemikiran. Sedangkan bisnis ya di youtube dan instagram aja. Pemudi asal pangkal pinang itu dapat menempatkan dirinya dengan cukup baik.
Contoh nyatanya adalah ia punya 115 post berkerudung di instagramnya dari 5571 post. Awkarin menggunakan jilbab saat ia endorse produk hijab dan di tempat-tempat yang mewajibkan ia menggunakanya. Artinya apa? Ia bisa menempatkan pakaian dengan benar dalam kunjungannya. Ternyata di setiap sensasi punya esensi.