Dandhy Laksono Ditangkap Buktikan SJW Bukan Dewa

Other

by Rizka Nurul

Dandhy Laksono ditangkap semalam (26/9) oleh Polda Metro Jaya sesampainya di rumah. Dandhy dianggap menyebarkan ujaran kebencian tentang Papua. Polisi menetapkan pembuat film sexy killer ini sebagai tersangka namun tidak ditahan.

Tidak lama setelah Dandhy, Ananda Badudu juga ditangkap oleh Polda Metro Jaya. Ananda ditangkap di Tebet jam 04.28 pagi tadi. Ia masih diamankan dan belum dalam proses pemeriksaan. Ananda Badudu diketahui sempat melakukan penggalangan dana sebagai dukungan nasional melalui kita bisa terkait demonstrasi mahasiswa. Nyumbang sekarang jadi tersangka!

Penangkapan para SJW (Social Justice Warior) ini bukan yang pertama. Sebelumnya, Veronica Koman sudah ditetapkan sebagai tersangka terkait kasus Papua. Vero dianggap memprovokasi keonaran di seluruh Indonesia.

Fenomena penangkapan aktivis ini sebenarnya sudah pernah terjadi di Indonesia. Pada 1998, aktivis juga banyak yang tertangkap dan dihilangkan. Bahkan aktivis HAM Munir, dibunuh di pesawat ketika hendak ke Belanda melanjutkan sekolah. Ini menunjukkan bahwa SJW bukan Dewa. Dewa mana bisa ditangkap apalagi dibunuh?

Aktivis sosial selama ini dianggap Dewa karena menolong orang yang terintimidasi dan berbaik hati memikirkan orang lain. SJW dianggap paling depan ketika tidak ada keadilan. Ini berlaku untuk dunia nyata maupun maya. Soalnya banyak yang pengen dianggap SJW tapi kerjanya mencak-mencak di medsos, aksinya ya ngetweet dan nyinyir.

SJW membela mereka yang lemah. Lalu SJW di dunia maya apa faedahnya? Mungkin karena SJW dianggap lebih intelek dan dewa dibanding selebtwit. Akhirnya banyak tuh yang ikut-ikutan begitu. Ini Dandhy Laksono kurang SJW gimana? Padahal dia SJW nyata dan maya! Jadi SJW gak sedewa itu. Setengah dewa aja gak nyampe kayanya.

Lalu siapa Dewa di Indonesia? Polisi? Bukan juga. Polisi masih sering disalahin kalau rusuh meskipun mereka cuma disuruh atasan. KPK? Bukanlah, orang KPK sekarang lagi dipretelin.

Siapa dewa di Indonesia? Jawabannya adalah DPR!


Ya orang mereka mah tidur aja dibayar, pelesiran ke luar negeri gratis, tunjangan komunikasi 20 juta, kursinya aja 5 juta dan banyak staf ahli lagi. Sekalinya kerja, bikin rusuh. Presiden kalau misalnya gak mau ngikutin maunya mereka bisa diturunin. Dewa sih, tapi Dewa perusak.

Yaudahlah ya. Sistem apapun memang selalu ada yang jadi Dewa Perusaknya. Demokrasi ya DPR jadi Dewa Perusaknya. Khilafah ya tirani sekitar khalifah suka jadi perusaknya dengan abuse of power kaya di zaman Bani Umayah.

Semoga Dandhy bisa segera terlepas dari status tersangkanya begitupun dengan Ananda. Semangat para SJW meski bukan Dewa.

Komentar

Tulis Komentar