Kisah Mi Ayam Pakdhe Semarang dijual Rp5000 Seporsi Sesuaikan Kantong Mahasiswa

Other

by Eka Setiawan

Hidup di Indonesia harus saling bantu untuk kebaikan bersama. Saling bantu tentunya bukan hanya monopoli para orang kaya, yang tak beruntung secara ekonomi juga bisa melakukannya.

Seperti dilakukan Agus Prasetyo dan Retno istrinya. Pasutri itu punya warung mi ayam yang harganya relatif terjangkau, bahkan terbilang murah untuk ukuran saat ini.

Namanya Mi Ayam Pakdhe, lokasinya di Jalan Dewi Sartika Barat Raya nomor 88, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Seporsi mi ayam plus pangsit di sini dihargai Rp5000.

Agus bercerita, awalnya membuka warung mi ayam itu sekira tahun 2015 atau 4 tahun lalu. Lokasi awalnya di Jalan Pawiyatan Luhur, dekat Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang. Agus yang asli Purworejo itu membuka warung mi ayam selepas mencoba berbisnis warung nasi kucing (nasi bungkus khas Semarang).

“Karena tidak kuat tenaga, kemudian berjualan mi ayam, seporsi saya hargai Rp7000. Saat itu ada orang yang makan, katanya mahasiswa. Dia ngomong kalau hanya punya uang Rp5000, akhirnya saya persilakan saja bayarnya Rp5000, besoknya ada lagi, malahan beli separo,” kata Agus saat ditemui di warungnya, Jumat (27/9/2019) siang.

Pelanggan yang makan di warungnya siang itu membuat Agus berpikir keras sesampainya di rumah. Bersama sang istri, mereka berembuk. Akhirnya diputuskanlah mi ayam yang tadinya seporsi dihargai Rp7000 diturunkan menjadi Rp5000.

“Saya kasihan, saya punya anak, seandainya nanti anak saya butuh makan tapi uangnya segitu (pas-pasan), itulah kenapa saya pasang harga mi ayam Rp5000,” lanjutnya.

Agus dan istrinya mengaku ketika berjualan tidak hanya memikirkan untung rugi. Paling penting adalah bisa membantu sesama, yang membutuhkan. Membantu dengan kemampuan yang dimiliki.

“Banyak yang tanya, ‘apa nggak rugi?’ ya biarin saja, rugi ya rugi. Tapi kita coba selalu bersyukur, sedikit banyak kita syukuri. Kita punya keyakinan kalau kita berani amal, berkat (Tuhan) itu datang, terbukti 4 tahun ini tetap jalan,” beber Agus.

Tabung gas dicuri 

Bisnis pasutri yang punya 5 anak itu pernah mendapat cobaan. Tak lama ketika merintis awal warung mi ayam, maling menyatroni. Dua buah tabung gas plus sebuah roda gerobak raib dicuri.

“Ketika itu saya mau nangis rasanya,” sambung Retno istri Agus.

Berbekal tabungan yang ada, mereka kembali beli tabung gas, melanjutkan bisnis sekaligus beramal. Ketika masih di Jalan Pawiyatan Luhur itu, mereka kerap memberi gratis kepada gelandangan ataupun anak-anak kecil yang jadi “pak ogah” saat ada perbaikan jalan di sana.

Warungnya ketika itu juga sering jadi langganan para tukang ojek. Namun karena akan ada penggusuran, dipindahlah warung tersebut di lokasi saat ini yakni di Jalan Dewi Sartika Barat nomor 88 itu.

“Baru 10 hari pindah di sini,” tambah Agus.

Pindahnya mereka juga dibantu kawan mereka. Menempati kios di tempat tinggal milik Deni. Kios sederhana dibuka di rumah bagian depan Deni secara cuma-cuma alias gratis.

Deni mengemukakan niatnya murni membantu. “Biar saya juga ada teman,” timpal Deni, perempuan asli Kota Tegal itu.

Pasutri Agus dan Ratna itu tiap harinya membuka warungnya mulai pukul 12.00 – 21.00 WIB. Untuk tinggal, mereka kontrak di dekat warung dengan biaya sewa Rp500ribu per bulan.

Tiap harinya, rata-rata terjual 60 porsi mi ayam. Deni sendiri juga ikut membantu, sekadar membuatkan minuman hingga mencuci mangkuk atau gelas.

Di warung itu, Agus juga menerima titipan nasi kucing dari temannya. Walaupun jualan nasi kucing tentu bertolak belakang dengan jualan mi ayamnya, karena sama-sama makanan berat, tetapi Agus tetap saja mau menerimanya. Biasanya sekira pukul 20.00 WIB, baik mi ayam ataupun nasi kucing titipan itu semuanya sudah ludes terjual. Mereka semua bersyukur.

“Kita sama-sama orang nggak punya, saling bantu,” tutup Agus.

 

FOTO RUANGOBROL.ID/EKA SETIAWAN

Agus Prasetyo yang oleh pelanggan akrab disapa Pakdhe, menyajikan mi ayam untuk pembeli di warung mi ayam miliknya di Jalan Dewi Sartika Barat Raya nomor 88, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Jumat (27/9/2019).

 

 

 

 

Komentar

Tulis Komentar