Terjebak Nostalgia Versi Dania Bukan Raisa

Other

by nurdhania

Aksi demonstrasi akhir-akhir ini membuat angkatan ibu-bapak kita terjebak nostalgia. Mereka teringat akan demonstrasi Mei 1998. Saat itu, umur saya baru 1 bulan. Berhubung masih bayi, jadi tau apaan? Sekarang, teman teman mahasiswa yang beraksi di gedung DPR adalah teman-teman yang dulunya masih bayi juga.

Pernah gak mendengarkan cerita tentang tragedi 1998? Katanya ada perasaan yang terasa manis, pahit, seru, seram bercampur aduk. Saya aja juga kepo sama bunda. Kata bunda, saya dan bunda sedang pergi menggunakan taksi dan terjebak macet parah ketika kerusuhan berlangsung.

Saya langsung feel impressed mendengarnya. Gimana gak, sebuah sejarah hebat diceritakan oleh orang yang mengalami langsung. Bahkan kebawa suasana seakan jadi ikut ngerasain juga.

Katanya, perasaan itu juga dirasakan oleh mereka yang mendengar cerita saya dan keluarga beberapa tahun lalu. Mereka bilang kayak film hollywood. Dengernya aja menegangkan, sampai capek. Mereka minta ceritain dari A-Z. Alhamdulillah gak minta cerita dari sejak lahir.

Umur 16 tahun, saya pergi ke negara konflik, Suriah. Menginjakkan kaki di tanah konflik ternyata menorehkan pembelajaran bagi saya, keluarga dan juga semua orang. Kok mau-maunya? Panjang deh kalau diceritain, bisa ampe jadi buku (bukunya on process, suwerrr!).

Percaya gak sih, penyebabnya karena ulah tangan saya sendiri? Dampak dari penggunaan sesuatu yang tidak kita ketahui dampaknya ternyata bisa besar. Saya awalnya tidak tahu bahwa ini bisa membawa keadaan ekonomi kami ke 180 derajat dari keadaan semula. Selain keadaan ekonomi, kami perlu mendapat label 'mantan'. Bukan mantannya Nicholas Saputra, tapi 'mantan Suriah'.

Kalau inget, rasanya tuuh kesal sama diri sendiri. Kenapa sih begini? Kepikirannya dari mulai stress sendiri sampe capek untuk stress.

Banyak orang yang tak peduli bahwa nostalgia kadang jadi luka. Mereka menjebak saya dalam lingkaran 'mantan'. Sebenernya gerah. Namun saya paham bahwa ini adalah salah satu dari konsekuensi saya dan keluarga. Tapi pengalaman adalah guru terbaik bukan? Berbagi pengalaman ini tentu agar memberi tahu bahwa apa yang saya lakukan, tidak untuk dilakukan oleh yang lain. Cukup kami yang merasakan, apapun keadaan dan konsekuensinya.
"Yesterday is history, tomorrow is mystery, today is a gift that's why it's called the present". - Master Oogway (Kungfu Panda)

A present. Perlahan itu justru menyadarkan bahwa bersyukur menjadi hal yang perlu saya lakukan saat ini. Mereka hanya ingin tau dan belajar. Padahal terjebak nostalgia tak selalu menyenangkan. Pepatah pernah mengatakan bahwa kita tidak bisa mengubah masa lalu, namun kita bisa menentukan masa depan.

Komentar

Tulis Komentar