“Saya melihat ini kok kayak anak kecil yang lagi ngambek” ujar Seto Mulyadi (8/9) seperti yang dilansir kompas.com. Kak Seto mendukung apa yang dilakukan oleh KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) untuk meminta PB Djarum menghentikan eksploitasi anak.
PB Djarum kena tegor KPAI pada Juli 2019 lalu terkait Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis. Komisioner KPAI, Situ Hikmawatty dengan tegas meminta Djarum Foundation menghentikan kegiatan tersebut karena dianggap modus eksploitasi anak. PB Djarum sempat dipanggil dan kena tegor lagi karena masih melakukan audisi.
Sekarang, PB Djarum pamit. Netizen kembali terpecah antara mendukung PB Djarum yang telah mencetak juara bulu tangkis dunia dan KPAI yang telah mencetak .. mencetak apa ya?
KPAI bilangnya mereka telah mengetahui rencana ini atas hasil rapat antara Kemenkopolhukam, Kemenko PMK, Kemenpora, Pemda, KONI, PBSI dan PB Djarum pada 4 September 2019. Rekomendasinya adalah regulasi yang akan diatur Kemenpora, atlet tidak menggunakan kaos dan logo Djarum serta pemda perlu menjamin kegiatan tersebut dengan aman. KPAI malah berdalih bawa PB Djarum tidak mau hadir saat difasilitasi oleh KPPPA. Akhirnya KPPPA dan Kemenpora melakukan pemantauan mandiri di Purwokerto.
Djarum telah mengungkapkan saat konferensi pers kemarin tentang upaya mereka tidak menggunakan logo di kaos. Namun KPAI belum puas atas hal itu. Jadi yaudah, mereka pun pamit. Sedangkan KPAI sendiri belum ada alternatif terkait hal ini karena setelah pamit, KPAI malah bilang tidak melarang. Kan kan ..
Disisi lain, netizen mempertanyakan ketulusan PB Djarum. “Kalau emang tulus, harusnya tanpa pakai logo Djarum tetep harus dilanjutkan.” Ujar salah satu netizen di twitter. Kebiasaan netizan saat ini adalah ketika bahas mengenai kebijakan, yang dipertanyakan adalah hal adjektiva seperti “tulus”.
Nampaknya netizen belum bisa mengerti perbedaan CSR (Corporate Social Responsibility) dengan shodaqoh. Dalam hal ini Djarum punya 3 bentuk CSR yang terkenal yaitu PB Djarum, Djarum Bakti Pendidikan dan Djarum Bakti Lingkungan. Sedangkan Shodaqoh Djarum mungkin lebih dari sekedar CSR yang tidak boleh disebutkan. Jangankan netizen, tangan kiri aja gak boleh tahu.
Ada pula netizen yang mengaitkan beasiswa Djarum dengan rokok di Indonesia. Menurut beberapa data menunjukkan bahwa perokok di Indonesia meningkat seiring meningkat pula beasiswa dari perusahaan rokok. Tapi kan atlet gak boleh ngerokok ya? Jadi nampaknya tidak bisa dikatakan bahwa meningkatnya prestasi PB Djarum mencetak juara dunia bulu tangkis karena Djarum makin kaya raya.
Jika harus apple to apple, berdasarkan bolatimes.com 9 dari 20 klub di Liga Inggris didanai oleh perusahaan judi seperti West Ham, Everton, Crystal Palace, Newcastle, Wolves, Bournmouth, Burnley, Dulham dan Huddersfield. Namun ini tidak menjadikan Inggris sebagai negara penggila judi. Justru Australia, Singapura, Irlandia, Kanada dan Finlandia yang bolanya gak bagus-bagus amat malah masuk 5 negara yang rakyatnya penggila judi (viva.co.id). Finlandia itu lho yang pendidikannya katanya terbaik di dunia.
Peningkatan rokok di Indonesia justru bisa jadi karena budaya sebat di Indonesia yang semakin tinggi. Karena ekonomi makin sulit, makan susah, akhirnya sebat aja. Kemungkinan lainnya adalah karena meningkatnya Nahdlatul Ulama sebagai ahli hisap di Indonesia. “Asem kalau gak ngerokok, de” ujar salah satu ulama NU kepada saya suatu hari. Biarlah, itu kan pilihan mereka menjadi donatur tetap bulu tangkis Indonesia. Atau mungkin protes KPAI ini diiringi oleh kesiapan KPAI menggantikan Djarum sebagai sponsor terbesar kemajuan bulu tangkis Indonesia.
Udah capek2 udah mbiayai trilyunan udah berprestasi eeh di kata katain kayak gitu siapa yg mau