Aksi Suporter Indonesia yang merespon suporter Malaysia berujung kepada kemarahan Menteri Olahraga Malaysia. Syed Syaddiq yang turut menyaksikan pertandingan Indonesia vs Malaysia di Gelora Bung Karno menjadi salah satu korban kerusuhan. Permohonan maaf sempat disampaikan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Imam Nahrawi beberapa hari setelahnya.
Dinamika sepak bola Indonesia kerap kali sebanding aksi para suporter yang tidak dapat ditebak. Suporter yang saking besar cintanya pada club, rela melakukan aksi konyol untuk memotivasi pemain andalannya. Entah itu dengan mencoret-coret wajah, membawa spanduk dengan yel-yel dan nyanyian unik. Apapun hasilnya, supporter akan menunjukkan aksi dan ekspresi emosional seperti tertawa, menangis ataupun marah bagi mereka, itulah yang terbaik.
Keadaan emosional ini sering menjadi malapetaka. Seperti yang terjadi pada 2 september 2019 misalnya. Dilansir dalam media Tribun Jawa Timur, suporter PERSIK Kediri dan PSIM bentrok. Pertandingan tersebut dimenangkan oleh PERSIK vs PSIM dengan skor 2-0. Puluhan sepeda motor dan belasan mobil mengalami kerusakan akibat lemparan batu dan benda tajam. Sedikitnya 100 supporter terluka di kejadian tersebut.
Jika kita lihat dan amati, perilaku suporter tidak terlepas dari sifat alami manusia yang tidak pernah puas. Kecintaan terhadap sesuatu jika berlebihan akan membawa dampak yang cenderung merugikan kita sendiri dan orang lain.
Dapat kita katakan situasi tersebut sudah menjadi kebalikan dari arti cinta itu sendiri. Ketika rasa cinta yang kita miliki sudah berlebihan maka secara tidak sadar logika kita akan ditekan dan kita akan terbawa suasana.
Pemujaan yang berlebihan tidak sehat – by Patrick star
Untuk mencegah kemungkinan terburuk yang akan terjadi kedepan, yang harus kita lakukan ialah meningkatkan EQ (kecerdasan emosional). Hal ini sangat penting untuk di terapkan kepada masyarakat terutama bagi kaum laki-laki yang pecinta sepak bola. Karena kaum pria cenderung lebih susah untuk mengontrol emosi dibandingkan dengan kaum perempuan apalagi hal tersebut berhubungan dengan cinta. Ya memang cinta itu buta tapi gak harus nyakitin orang lain juga kan?
Oleh : Anggara Agustinus Manurung
(Hubungan Internasional, Universitas Bina Nusantara)