Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP) kembali menggelar upacara memperingati Hari Ulang Tahun ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia. Pada tahun lalu, kegiatan serupa diadakan di alun-alun Kota Lamongan. Namun kali ini bertempat di halaman Masjid Nurul Muttaqin, Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan.
Sesuai rencana, upacara kemerdekaan ini melibatkan sejumlah mantan napiter, alumni konflik Afghanistan, Mindanao, Ambon dan Poso yang tergabung dalam organisasi YLP. Termasuk juga anggota kesatuan dari TNI dan Polri, beserta sejumlah jajaran deputi dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Sementara yang bertindak sebagai pemimpin upacara adalah Kapolres Lamongan, AKBP Feby DP Hutagalung. Acara ini sendiri dimulai sejak pukul 8 pagi hingga menjelang 10.00 WIB.
Sebelum terlaksananya acara ini, hampir selama sepekan terakhir, Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP) giat melakukan latihan upacara kemerdekaan.
Meski kegiatan ini sudah berjalan beberapa kali, tetap saja tidak semua anggota bisa mengikutinya secara baik.
Tentu ini menunjukkan bahwa latar belakang sebagai seorang kombatan yang pernah terlibat dalam konflik global maupun regional, bahkan mereka yang berstatus sebagai instruktur pelatihan militer sekalipun belum tentu bisa melakukan Peraturan Baris Berbaris (PBB).
Ada banyak hal seru yang bisa ditemukan dalam kegiatan tersebut. Namun tentu yang paling menarik adalah keikutsertaan para mantan kombatan ini. Pasalnya, para peserta yang terlibat ini dulunya anti NKRI. Bahkan hingga melakukan aksi teror baik dengan menggunakan bom maupun senjata api.
Misalkan saja Abu Naufa. Sebelum dirinya bergabung bersama YLP, pria asal Bekasi ini dulunya merupakan kombatan konflik Ambon dan terlibat dalam transaksi jual-beli senjata api.
Hingga pada 25 Agustus 2013 sekitar pukul 6 pagi, Abu Naufa ditangkap oleh Tim Densus 88 di Desa Tenggulun, Lamongan saat hendak berangkat kerja sebagai tukang bangunan tak jauh dari kediamannya.
Ia diamankan menyusul adanya penangkapan terhadap sejumlah orang yang diduga akan melakukan serangan terhadap kantor Kedutaan Myanmar di Jakarta. Dari penangkapan tersebut, turut diamankan barang bukti berupa beberapa pucuk senjata api. Hasil dari pengembangan pihak kepolisian, diperoleh informasi bahwa senjata-senjata tersebut berasal dari Abu Naufa.
Pascabebas pada pertengahan 2017 lalu, ia ditarik oleh Ali Fauzi untuk ikut terlibat dalam sebuah gerakan counter terrorism melalui yayasan yang didirikannya.
Meski pada awalnya tidaklah mudah bagi Abu Naufa untuk menerima kampanye perdamaian, namun dengan pendeketan yang baik dari Ali Fauzi membuatnya dari pribadi yang benci menjadi cinta kepada NKRI.
“Saya ikut kegiatan (upacara kemerdekaan) ini, ingin menunjukkan kepada publik bahwa kita yang dulunya sebagai teroris yang begitu anti Pancasila juga bisa berubah,” ujar Abu Naufa kepada Tim Ruangobrol saat ditemui selepas upacara.
Dan tentu, sebagai anak bangsa, kita berharap bahwa peringatan HUT ke-74 Kemerdekaan RI ini, bisa menjadi momentum untuk menumbuhkan kembali kecintaan dan semangat untuk membela tanah air dari berbagai upaya merusak dan mencerai-beraikan bangsa yang besar ini.
Merdeka!!!
Link Foto: Dok. Yoyok Edi Sucahyo