Peran Radio dalam Propaganda Perjuangan Rakyat Indonesia (3)

Other

by Arif Budi Setyawan

Undangan sudah dikirim kepada wakil-wakil stasiun di Jawa. Teman-teman di Jakarta sudah diberi tahu dan semua sudah dipersiapkan untuk melangsungkan konferensi tanggal 11 September 1945.


Sementara itu, Mr.Oetoyo Ramelan, sebagai pemimpin radio yang tertinggi di Hosokanri Kyoku (Radio milik Jepang) pada prinsipnya menyetujui prakarsa untuk mengadakan konferensi, tetapi menyarankan supaya minta persetujuan lebih dulu dari Presiden, karena hal ini menyangkut masalah politik dan kebijaksanaan pemerintah Republik Indonesia.


Namun, setelah menghadap di Pegangsaan Timur 56 tanggal 11 September, juru bicara pemerintah Sukarjo Wirjopranoto memberitahukan, bahwa hari itu Presiden tidak dapat menerima delegasi radio.


Walaupun kesempatan untuk bertemu dengan Presiden belum diperoleh, tetapi satu kesempatan lain telah dimanfaatkan. Yaitu rencana untuk menghadap Sekretaris Negara Mr.A.G. Pringgodigo jam 17.00 di Pejambon. Sekretaris Negara akan mengadakan pertemuan dengan wakil-wakil organisasi publisitas seperti pers dan lain-lain. Rencana ini disambut hangat oleh kawan-kawan di Jakarta.


Pada tanggal 11 September sore jam 17.00 tepat, delegasi radio sudah siap di bekas gedung Raad Van Indje Pejambon dan diterima oleh Sekretaris Negara.


Delegasi radio yang ikut dalam pertemuan adalah: Dr. Abdulrachman Saleh, Adang Kadarusman, Soehardi, Soetarji Hardjolukita, Soemarmadi, Sudomomarto, Harto, dan Maladi. Dr.Abdulrachman Saleh adalah Ketua Delegasi. Dalam pertemuan itu telah diuraikan garis besar rencana sebagai berikut:





  1. Tentara Inggris sebagai kuasa sekutu akan mendarat di Jakarta pada akhir September. Melihat tugas mereka di Indonesia, sudah dapat diperhitungkan akan timbul bentrokan-bentrokan antara pasukan Inggris dengan laskar rakyat dan rakyat pada umumnya. Karena rakyat menganggap kedaulatan Republik Indonesia dilanggar dengan masuknya tentara asing di wilayah Republik Indonesia.




  2. Setelah tentara Inggris menyelesaikan tugasnya, mereka akan diganti dengan tentara Belanda yang pasti akan ditentang oleh rakyat Indonesia. Pertempuran besar-besaran akan berkobar di seluruh Indonesia.




  3. Menghadapi kemungkinan kemungkinan tersebut, kekuatan utama bagi Republik Indonesia adalah rakyat. Adalah kewajiban pemerintah untuk memimpin perjuangan dan menggerakan kekuatan rakyat dengan strategi dan taktik yang tepat.




  4. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut,pemerintah harus mempunyai hubungan yang cepat dan luas. Satu-satunya alat komunikasi yang dapat memenuhi syarat tersebut hanyalah radio. Alat-alat komunikasi lainya seperti telepon, telegraf, kereta api, dan lain-lain. Selain kurang cepat, juga dapat terputus dengan mudah dalam pertempuran-pertempuran.




  5. Berdasarkan pemikiran dan perhitungan tersebut, para pemimpin radio dari 8 Hoso Kyoku di Jawa bertekad untuk mengorganisir siaran radio sebagai alat perjuangan dan alat komunikasi dengan rakyat.




  6. Untuk tujuan tersebut akan dibentuk organisasi nasional siaran radio yang bersifat persatuan.




  7. Studio dan pemancar-pemancar radio Hoso Kyoku akan dijadikan modal operasi persatuan tersebut,yang akan menuntut penyerahan alat-alat tersebut dari Jepang.




  8. Struktur organisasi, personalia, strategi peluangan menghadapi Inggris dan kemudian Belanda akan dibicarakan dalam konferensi.




  9. Kepada pemerintah diminta persetujuannya atas rencana tersebut, serta petunjuk-petunjuk dan bantuan dalam penyelesaianya dengan pihak Jepang mengenai penyerahan pemancar radio.




Tanggapan para Menteri dan Sekretaris Negara terhadap penjelasan delegasi radio dapat disimpulkan sebagai berikut: -Mereka tidak menduga, delegasi radio akan mengajukan rencana yang mencakup aspek politik yang demikian luasnya. -Dikatakan,pemerintah sedang memikirkan pengaturan media masa pers,radio dan lain-lain.Untuk itu telah dibentuk sebuah panitia negara yang diketahui Adam Malik.


Tetapi, panitia tersebut belum sempat merumuskan suatu konsepsi/rencana yang konkrit. Mengenai penyerahan pemancar-pamancar radio dari tangan Jepang memerlukan pemikiran yang mendalam. Alat-alat tersebut sudah di daftar sebagai inventaris Sekutu dan memerlukan pembicaraan dengan pihak Sekutu.


Penguasaan alat-alat tersebut dapat mengakibatkan bentrokan dengan Jepang. Perhitungan delegasi radio, bahwa kedatangan tentara Inggris akan membawa pertempuran-pertempuran tidak dapat diterima oleh pemerintah.


Dalam hubungan ini, delegasi radio mengambil sikap akan jalan terus, dengan rencana berdasarkan perhitungan peperangan.


***


Betapa krusialnya peran radio pada saat itu dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI. Satu-satunya cara menyampaikan pesan dari para pemimpin bangsa kepada rakyatnya di seluruh Indonesia adalah melalui radio. Sehingga pertemuan yang digagas oleh para pegiat radio pada masa itu menjadi tonggak sejarah yang sangat penting.


Mengingat betapa pentingnya pertemuan pada tanggal 11 September 1945 itu, tanggal itu kemudian dijadikan sebagai hari lahirnya Radio Republik Indonesia atau yang kemudian disebut sebagai Hari Radio Nasional.


(Bersambung, in sya Allah)



SUMBER GAMBAR: https://pixabay.com/id/photos/radio-tua-rasa-rindu-retro-musik-1594819/

Komentar

Tulis Komentar