Peran Radio dalam Propaganda Perjuangan Rakyat Indonesia (2)

Other

by Arif Budi Setyawan

RRI Saat Detik-Detik Kemerdekaan Republik Indonesia


Mengutip dari laman Wikipedia, pada tanggal 14 Agustus 1945 Bung Karno dan Bung Hatta tiba di Bandar Udara Internasional Kemayoran dari Saigon. Jusuf Ronodipoero meliput di bandara. Dalam wawancaranya di bandara, Bung Karno mengatakan bahwa untuk memperoleh kemerdekaan tidak perlu menunggu jagung berbunga. Bung Karno mengutip ramalan Joyoboyo, dan pada waktu itu tidak ada yang tahu bahwa Kaisar Jepang telah menyatakan menyerah kepada Sekutu.


Pada tanggal 16 Agustus 1945 komplek radio tetap dijaga ketat oleh kampetai (tentara Jepang). Siaran dalam negeri berjalan seperti biasa membawakan lagu-lagu Jepang dan Indonesia, serta berita-berita yang masih menyatakan kemenangan Jepang.


Pada tanggal 17 Agustus 1945 pagi hari, siaran dalam negeri terus berjalan, dan berita disiarkan dari sumber Domei (Kantor Berita Jepang). Sekitar pukul 17.30 WIB, ketika pegawai bersiap-siap berbuka puasa, seorang wartawan kantor berita Jepang Syachruddin berhasil menyusup ke gedung radio dan ke ruang pemberitaan dengan membawa teks proklamasi yang diterimanya dari Adam Malik untuk disiarkan melalui radio.


Pada pukul 18.00 WIB petugas pemberitaan, siaran dan teknik berunding di ruangan pemberitaan untuk mencari kesempatan menyiarkan teks proklamasi. Petugas teknik menginformasikan bahwa studio luar negeri yang tidak mengudara, berada dalam keadaan kosong. Studio itu dapat dipergunakan dan petugas teknik mengatur line modulasi dari sana bisa langsung ke pemancar 10 Kw yang terletak di Tanjung Priok.


Tepat pukul 19.00 WIB teks proklamasi dibacakan secara bergantian dalam bahasa Indonesia oleh Jusuf Ronodipoero dan dalam bahasa Inggris oleh Suprapto. Penyiaran teks proklamasi tersebut melalui radio di Jakarta berlangsung berkali-kali selama 15 menit dan pembacaan yang sama dilakukan juga oleh Radio Bandung.


Pada pukul 20.30 WIB para kampetai datang ke ruang pemberitaan karena peristiwa penyiaran teks proklamasi telah diketahui oleh Jepang, dan menyiksa seluruh petugas radio yang menyiarkan teks proklamasi. Hal yang sama juga dialami oleh Radio Bandung hingga dihentikan pada pukul 21.00 WIB.


Dengan demikian bahwa radio sepeninggalnya Jepang di Indonesia diserahkan sepenuhnya kepada Republik Indonesia, dan ini merupakan cikal bakal dari berdirinya Radio Republik Indonesia dan hingga saat ini RRI terus berjuang demi eksistensinya di bidang komunikasi dengan semangat ”Sekali di udara tetap di udara”.


Lahirnya Radio Republik Indonesia


Dengan dihentikannya siaran radio dari semua Hoso Kyoku sejak tanggal 19 Agustus 1945. Masyarakat menjadi buta berita. Yang sangat menggelisahkan masyarakat adalah tidak diketahui apa yang harus dilakukan setelah Indonesia diproklamasikan sebagai negara merdeka sejak 17 Agustus 1945.


Bagi orang radio semakin jelas, bahwa dalam situasi yang demikian, siaran radio merupakan alat yang mutlak diperlukan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk berhubungan dan memberi tuntunan kepada rakyat, apa yang harus dikerjakan.


Dari berita-berita radio luar negeri diketahui, bahwa yang akan menduduki Jawa dan Sumatera adalah tentara Inggris atas nama sekutu. Tugas mereka melucuti tentara Jepang dan memelihara keamanan, sampai pemerintahan Belanda dapat menjalankan kembali kekuasaanya di Indonesia.


Dengan berita-berita itu kita ketahui, bahwa kedaulatan Belanda atas Indonesia masih diakui oleh Sekutu. Suatu pemerintahan yang disebut "Netherlands Indie Civil Administration" disingkat NICA, akan didirikan di Indonesia oleh Pemerintah Kerajaan Belanda.


Masalah yang akan dihadapi Republik Indonesia dalam waktu dekat adalah:





  1. Sebelum tentara Inggris datang, tentara Jepang akan memegang kuasa dari Sekutu menjaga keamanan di Indonesia;




  2. Setelah tentara Inggris datang (menurut berita luar negeri akhir September 1945), Pemerintah Republik Indonesia harus berhadapan dengan tentara Inggris dan NICA.




  3. Setelah tentara Inggris selesai dengan tugasnya, Pemerintah Republik Indonesia harus berhadapan dengan tentara Belanda yang akan menggantikan tentara Inggris.




  4. Jika Pemerintah Republik Indonesia berpegang teguh pada proklamasi 17 Agustus dengan UUD 45 yang mulai berlaku 18 Agustus 1945, Pemerintah Republik Indonesia harus menolak beroperasinya tentara Inggris dan NICA di wilayah kedaulatannya akan dilanggar.




Dalam menghadapi masalah-masalah tersebut, jelaslah bahwa pemerintah RI harus mempunyai hubungan cepat dan erat dengan seluruh rakyat yang akan menjadi kekuatan utama.


Satu-satunya alat komunikasi ialah siaran radio. Sesuai dengan pemikiran sebelumnya, maka sebelum tentara Inggris mendarat kita sudah harus melaksanakan:





  1. Pembentukan satu organisasi siaran radio nasional.




  2. Menguasai semua pemancar di 8 stasiun radio di daerah Jawa.




Untuk itu tidak ada jalan lain, kecuali mengadakan pertemuan dengan wakil-wakil dari 8 bekas Hoso Kyoku (Radio milik Jepang). Tempat yang dipilih adalah Jakarta.


(Bersambung, in sya Allah)



SUMBER GAMBAR: https://pixabay.com/id/photos/radio-tua-rasa-rindu-retro-musik-1594819/

Komentar

Tulis Komentar