“Terjebak di ruang Nostalgia ..” kata Raisa
Kita sering kali menggunakan kata nostalgia yang berkaitan dengan memori atau kenangan. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), pengertiannya adalah
Kerinduan (kadang-kadang berlebihan) pada sesuatu yang sangat jauh letaknya atau yang sudah tidak ada sekarang atau kenangan manis pada masa yang telah lama silam
Nostalgia akan sah jika tujuannya mencari hikmah dan pelajaran agar bisa memperbaiki di kemudian hari. Namun, jika terus nostalgia benarkah itu? Itulah yang dimaksud oleh Raisa, terjebak di ruang nostalgia. Selain bikin baper, meratapi dan terus mengenang masa lalu menandakan seseorang gagal move on. Iyalah gagal, kalau berhasil ia justru akan mempelajarinya sekali dan kemudian maju ke depan. Kadang meratapi masa lalu akan membuat seseorang terjebak disana dan sulit menemui realita yang harus ia hadapi.
Ada sebuah pepatah mengatakan, “maafkanlah masa lalumu”. Selayaknya memaafkan, kita hanya mengetahui kesalahan seseorang namun tidak terjebak di kesalahan orang tersebut, tapi kemudian memaafkan seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Hal itu juga perlu dilakukan agar hidup terus maju dan tidak melulu membicarakan masa lalu.
Terlalu banyak mengenang masa lalu, memberikan efek keterlambatan kita untuk berfikir. Hal itu karena sering kali mengenang masa lalu justru mendorong kita untuk bersedih sementara, larut dalam emosi atau bahkan mencari kambing hitam atas keburukan di masa lalu. Oleh karenanya, bagi sebagian orang, ini sangatlah tidak baik.
Namun, netizen saat ini nampaknya lebih tidak bisa move on dibanding pelakunya. Dalam beberapa kasus misalnya, sebuah berita yang lama bisa tiba-tiba trending seketika. Hal ini jika ada berita baru tentang seseorang. Dalam kasus Salmafina misalnya. Berita tentang Salmafina yang pindah keyakinan tidak lebih heboh daripada masa lalunya bersama Taqy Malik. Kasusnya yang pindah keyakinan, namun yang trending justru hubungan lama dengan mantan suaminya. Gak nyambung sih, tapi semua orang akan mencari tahu secara digital ketika ada suatu peristiwa tentang diri kita. Jejak digital memang kejam, guys!
Oleh karenanya, masa lalu yang dipublikasikan secara digital nampaknya juga perlu kita dokumentasikan secara pribadi. Publikasi masa lalu akan menjadi sangat berpengaruh di masa depan. Kita tidak tahu ke depannya, kita jadi apa kan? Kalau misalnya kita jadi selebriti dan kemudian netizen mencari jejak digital kita, maka bukan tidak mungkin masa lalu tersebut terkotak ke publik dan menjadi boomerang untuk diri sendiri.
Ayolah move on,mengenang masa lalu bukanlah pilihan terbaik daripada menghadapinya bukan?