Sebelum masuk ke materi tulisan yang akan menjadi beberapa seri ini, saya perlu memberikan penjelasan pendahuluan agar Anda lebih mudah memahaminya.
Serial tulisan berikut ini isinya adalah dokumentasi dari sebuah dialog dan diskusi ketika membahas sebuah postingan di sebuah blog dakwah. Materi ini saya dapatkan dari salah satu orang yang sangat mendukung saya dan sampai hari ini ia masih setia menjadi pegiat dakwah dan sosial. Ia pada waktu itu memberikan materi ini agar saya bisa lebih memahami persoalan yang sedang dihadapi oleh umat Islam, khususnya yang sedang dihadapi oleh para aktivis pergerakan Islam.
Kami sama-sama lahir dari rahim Jamaah Islamiyah (JI) dan ia jauh lebih senior, tetapi kawan saya itu mengambil jalan dakwah dan konsisten di jalan pilihannya itu. Sementara saya sempat berada di jalan ‘jihad’ meskipun akhirnya saya sepakat dengannya bahwa hari ini adalah masa berdakwah dan membangun umat.
Saya merasa perlu membagikan materi ini agar Anda tahu bahwa di dalam tubuh aktivis, khususnya dalam lingkungan JI, ada dua kubu yaitu kubu pro jihad yang meremehkan kegiaan dakwah dan kubu dakwah yang sering mengeluh karena ulah para pro jihad. Dan hal ini terjadi di masa lalu jauh sebelum ada ISIS dan sebelum merebaknya paham takfiri meracuni sebagian generasi kita.
Jadi, Anda harus ingat konteks dan latar belakang waktu terjadinya kisah diskusi yang akan saya ceritakan dalam tulisan ini.
Jika melihat kondisi hari ini, maka jelas citra jihad semakin buruk karena para pelakunya semakin minim ilmu sehingga semakin ngawur aksinya, sementara dakwah sedang tumbuh semakin pesat dengan segala kreativitas dan variasinya.
Artinya, dalam hal ini kawan saya yang memilih jalan dakwah itu lebih unggul dari saya dan terbukti pilihannya itu lebih tepat dengan kondisi Indonesia.
******
Berikut dokumentasi diskusi soal hubungan antara jihad dengan dakwah yang pernah terjadi di sebuah blog. Diskusi ini terjadi sejak sebelum terungkapnya pelatihan Aceh 2010 oleh kepolisian Indonesia.
Untuk memudahkan dalam membaca, saya akan buat dua kubu; kubu Dakwah dan kubu Jihad. Ini bukan untuk dikotomi, tapi biar mudah dimengerti saja.
Diskusi ini bergulir diawali kubu Dakwah yang menuliskan kalimat sebagai berikut di blognya:
[Prihatin dengan merebaknya semangat jihad di kalangan muda tapi mengabaikan pertimbangan hikmah sehingga madharat-nya lebih menonjol dibanding manfaatnya].
Kalimat ini sontak memantik reaksi dari kubu Jihad. Seseorang dengan nama Jon meluapkan kritiknya terhadap kalimat yang ditulis kubu Dakwah tersebut di komentar pembaca. Dia menulis sebagai berikut:
Wahai para Ustadz yang mulia ….
Ketika jihad fardhu ‘ain apakah pantas kalimat itu muncul dari antum semua ….
Ketahuilah wahai para ustadz yang mulia …
Segala perintah syar’i itu pasti bermanfaat dan meninggalkannya pasti menimbulkan madharat.
Itu seharusnya diyakini setiap muslim, dan ana kira antum semua lebih paham akan hal ini, yang merupakan mabadi’ (pokok-pokok) akidah Islam.
Pertimbangan manfaat madharat itu hanya ada dalam sesuatu yang hukumnya mubah (boleh), seperti orang mau membeli sesuatu, dia akan mempertimbangkan apakah yang dibeli itu manfaat baginya atau sebaliknya. Bukankah begitu ?
Kalau tanggapan saya salah mohon diluruskan …
Karena saya khawatir kalimat itu akan menjadi polemik bagi ikhwan-ikhwan yang sensitif dalam masalah tersebut. Mohon direvisi poin tersebut.
Kalau antum mau ngurusi dakwah secara umum, janganlah ikut-ikutan ngurusi masalah jihad dan amaliyah yang dilakukan ikhwan-ikhwan yang merasa mampu melakukannya.
Dan jika antum merasa belum mampu, janganlah antum menghalangi keinginan mereka.
Sesungguhnya mereka hanya ingin melepaskan tanggung jawab mereka kelak di hadapan Allah ketika ditanya tentang pembantaian saudara-saudaranya sesama muslim di berbagai penjuru dunia bahkan di Indonesia.
Apakah Antum semua lupa dengan pembantaian umat Islam di Poso, Ambon, Lampung dll …?
Cobalah jangan membuat polemik dengan mereka yang sedang butuh dukungan antum semua para du’at shodiqiin (da’i yang jujur)….
Saya hanya menyalurkan aspirasi mereka dan mencegah sebelum terlambat …
Kalau antum tidak menghiraukan masukan ini, jangan salahkan kalau nanti ada suara-suara sumbang terhadap lembaga ini ….
Jazaakumullooh khoiron katsiiro
Komentar oleh Jon — Februari 22, 2010 @ 3:34 am
(Bersambung)