Penangkapan Para Wijayanto, Cita-Cita Mendirikan Khilafah Tetap dirawat

Other

by Eka Setiawan

Ditangkapnya Para Wijayanto pada Sabtu 29 Juni lalu, yang disebut sebagai amir Jamaah Islamiah (JI) tentu memunculkan pertanyaan. Sebab, organisasi JI sendiri sudah dibubarkan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tahun 2007 silam setelah dinyatakan sebagai organisasi terlarang.

Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, termasuk obrolan dengan salah satu eks napiter, menyebutkan walaupun dibubarkan, namun nyatanya JI masih terus bergerak.

Para Wijayanto ini diangkat jadi amir JI pada tahun 2008 hingga sekarang. Itu adalah salah satu bukti bahwa gerakan kelompok ini masih ada. Termasuk melalui adanya sekolah-sekolah hingga pesantren. Kelompok baru itu lebih menggunakan jalan-jalan dakwah dalam gerakannya.

Karena tidak ada nama untuk kelompok baru itu, akhirnya disebutlah dengan Neo JI. Di antaranya karena orang-orang di dalamnya memang pernah di JI. Mereka punya struktur, termasuk punya pimpinan. Polisi juga menyebutkan organisasi itu mirip dengan JI, sebab itulah disebut Neo JI.

Para Wijayanto ini yang disebut telah ditetapkan sebagai buronan sejak tahun 2003 silam, pernah kursus singkat militer di Kamp Hudaibiyah, Filipina pada tahun 2000 selama 3 bulan.

Salah satu sumber menyebutkan, Para Wijayanto ini kerap menggambar (membuat desain) beberapa senjata api. Ini juga sesuai dengan salah satu keahliannya di bidang teknik.

Polisi menyebutkan penangkapan Para Wijayanto juga sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Terorisme. Itu adalah regulasi baru tentang pemberantasan terorisme, di mana polisi bisa menangkap walaupun tidak ada aksi teror yang dilakukan, seperti kelompok itu.

Tindakan penangkapan diklaim sebagai langkah pencegahan. Sebab, ada sejumlah indikasi organisasi tersebut memang terus bergerak, rekrutmen, kekuatan ekonomi hingga mengirim anggotanya ke Suriah untuk menjalani sejumlah latihan militer.

Polisi menyebutkan Para Wijayanto dan kelompoknya itu sedang membangun kekuatan dan tetap bercita-cita mendirikan khilafah di Indonesia.

Para Wijayanto ini punya nama lain, yakni Aji Pangestu alias Abu Asykari alias Ahmad Arif alias Ahmad Fauzi Utomo, memang punya rekam jejak panjang pada berbagai aksi terorisme di Indonesia. Khususnya pada era 2000’an.

Di antaranya; Bom malam Natal, Bom Kedubes Australia, Bom Bali termasuk kerusuhan Poso.

Gerakan yang dilakukan kelompok ini, baik JI ataupun disebut Neo JI ‘berkiblat’ pada kelompok Al Qaeda. Ini berbeda dengan beberapa kelompok lain di Indonesia, seperti JAD, yang berafiliasi ke Islamic State (IS) alias ISIS di Suriah pimpinan Abu Bakar Al Baghdadi.

Ini juga yang menyebabkan adanya beberapa perbedaan, baik gerakan maupun pola-pola teror yang terjadi.

Sementara itu, pada penangkapan di Bekasi tersebut, polisi turut menangkap pula Masitha Yasmin yang merupakan istri Para Wijayanto. Di sejumlah tempat, polisi juga menangkap beberapa orang jaringannya.

Sumber gambar: https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRTTVLGDHwWMj4mJlfJKHS80e6EAU31ENudRenUJveTo1z0-ED_

Komentar

Tulis Komentar