Dalam sebuah artikel yang diberitakan oleh kumparan.com berbunyi, “Apa yang membuat pernikahan Syahrini dan Reino dihujat Netizen”
Tentu kita juga ingat bagaimana kasus istri Andre Taulany yang berujung vakumnya Andre dari televisi untuk beberapa saat. Bahkan hingga saat ini, akun keduanya masih diserbu netizen.
“Viralkan!”
“Sebarkan!”
Kata itu menjadi perintah pada ujung broadcast yang mungkin kita terima tentang apapun. Tak jarang isinya tentang politik.
Adapun tanpa kata perintah tersebut, viral akan terjadi ketika sesuatu hal yang mengundang empati, kemarahan atau dianggap mengganggu publik diberitakan di media sosial yang mengundang hujatan netizen. Sepertinya Netizen Indonesia ini senang menghujat. Seperti itukah the powe of netizen?
Beberapa waktu lalu, Indonesia kembali heboh tentang returnees ISIS yang ingin kembali ke Indonesia. Tiba-tiba, video lama tentang returnees yang sudah kembali berseliweran lagi. Setiap berita mengenai returnees juga dilengkapi dengan ahli terorisme dan pakar hukum warga negara dadakan. Saya aja terlibat twitwar ampe sekarang. Hahaha (maap curhat).
Pada 2016, ketika muncul berita tentang perempuan yang menjadi Pengantin Bom Bunuh Diri, saya juga rasanya pengen ikut menghujat di video yang disebar saat itu. Namun, pada 2017 saya mendapatkan kesempatan untuk mewawancarainya langsung dan juga bertemu keluarganya. Seketika saya cuma mikir, kok tega mereka menghujat?
Kadang, hujatan hadir karena netizen tidak tahu cerita secara utuh. Seandainya ada, masih banyak netizen yang malas mencari tahu tentang cerita lengkap. Disisi lain, hal yang menguras emosi nampak lebih menarik dibanding yang adem ayem.
Yang tak kalah penting, persekusi masih menjadi PR yang perlu dihilangkan di keseharian kita. Melakukan prejudice kepada orang lain nampak bukanlah dosa, padahal bisa jadi itu menyakiti orang lain, bahkan sampai fitnah. Gimana coba minta maafnya? Pernahkah netizen secara berjamaah meminta maaf setelah menghujat korban salah paham? Gak pernah kan?
Karena minta maafnya susah dan malah jadi tanggungan dosa kita, mari kita hentikan persekusi digital. Tujuan viral bukan untuk itu!