Di balik Hastag #kamitidaktakut, itu Beneran Berani atau Ketakutan yang Memuncak?

Other

by Eka Setiawan

Di jagat maya di Indonesia, cobadeh perhatiin, kalau ada insiden teror bom tak lama kemudian pasti bertebaran hastag #kamitidak takut atau kalimat-kalimat berisi ajakan lainnya, misalnya #stopsebarfotokorban ataupun #prayfor...atau kalimat-kalimat lainnya.

Menurut hemat saya, ini opini pribadi yaa, menyebarnya kalimat dengan hastag-hastag semacam itu justru bukannya malah menyebarkan ya?

Misalnya begini; orang lagi duduk santai dengar musik lewat HP, eh tetiba muncul hastag-hastag seperti itu, entah itu di Instagram, Facebook bahkan status WhatsApp (WA), orang jadinya malah tahu toh apa yang sedang terjadi.

Mengingat di jaman sekarang ini, kepo adalah kunci dari aktivitas Googling para netizen. Dari yang tidak tahu, terus menerka setelah melihat aneka hastag, akhirnya Googling deh.

Hasilnya apa? ya insiden-insiden teror akhirnya diketahui pula oleh khalayak.

Sebetulnya ini bukan satu-satunya standar penyebab informasi menyebar sih.

Karena cepat atau lambat, insiden seperti itu tentu akan diketahui khalayak. Mengingat, para wartawan pasti akan meliputnya, kemudian membuat berita dengan jumlah yang fantastis, kemudian dipublish di masing-masing medianya, jadilah arus informasi besar menyerbu jagat maya.

Artinya, terjadinya insiden teror dengan informasi yang menyebar itu adalah sebuah keniscayaan. Satu helaan nafas lah.

Kembali ke hastag, hastag tadi, sebetulnya saya pribadi sih agak kurang sreg dengan hal itu. Masa iya, orang yang betul-betul berani, terus menunjukkan dia berani dengan menuliskan hastag #kamitidaktakut. Bukannya sebaliknya ya?

Contohnya gini; ada seorang kawan yang penakut dengan imajinasinya tentang setan, makhluk halus, demit atau bangsa-bangsa itulah. Pas di rumah sendirian atau pas lewat jalan sepi, tetiba komat-kamit lalu ngomong sendiri “aku wani (saya berani)”.

Artinya apa; sebetulnya dia sangat ketakutan dan kalimat yang terucap itu adalah sugesti dia melawan ketakutan. Jalannya tetap aja merinding tengok kanan kiri.

Lalu apakah takut itu salah? Ya tentu tidak dong. Takut adalah salah satu sarana untuk mencapai rendah hati. Dan tentunya, pemberani tidak pernah berkoar-koar dirinya berani.

Kalau semua orang menuliskan #kamitidaktakut #prayforbom..., ya akhirnya sama juga menyebarluaskan ketakutan ke khalayak, sebab orang-orang pasti akan mencari peristiwa apa yang sedang terjadi.

Empati kepada korban itu penting, mengutuk pelaku itu juga penting karena telah berbuat jahat, berbuat kerusakan. Tapi lebih penting lagi, mari berpikir bijak, apa langkah ke depan, agar insiden-insiden seperti itu tidak terulang lagi.

 

FOTO EKA SETIAWAN

Komentar

Tulis Komentar