Ikatan sosial dan sense of belonging menjadi pendorong seseorang bergerak ke arah ekstrimisme. Hal ini muncul dalam diskusi yang digelar oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Selasa 21 mei 2019.
Diskusi ini merupakan pembuka dari inisiatif baru CSIS untuk secara berkala menggelar Women Peace and Security Forum. Tujuannya untuk memberikan lebih banyak ruang bagi perempuan untuk dapat bersuara, mengutarakan ide-idenya, atau mengembangkan upaya-upaya pemberdayaan.
Mengawali inisiatif tersebut, CSIS dan Ruangobrol.id menggelar pemutaran film PENGANTIN yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi. Film tersebut bercerita tentang kisah tiga buruh migran yang dua diantaranya terseret dalam kelompok ekstremis.
Berkaca pada film tersebut, diskusi mengarah pada peran perempuan dalam kelompk ekstrem yang semakin aktif. Bahkan, adanya keinginan untuk melakukan aksi. Hal ini berbeda dengan posisi perempuan pada jaringan-jaringan lama yang lebih banyak berperan sebagai pendukung.
Keterlibatan perempuan dalam kelompok ekstrimis, menurut tiga pembicara yang dihadirkan, disebabkan oleh dua factor penting, yaitu ikatan sosial dan sense of belonging. Dua hal ini menjadi dominan dari berbagai factor lain, karena karakter nyata yang ditampilkan dalam film tersebut, masing-masing memiliki permasalahan dengan ikatan sosial mereka. Kedua buruh migran Indonesia yang saat ini harus mendekam di penjara karena keinginannya untuk melakukan bom bunuh diri itu sama-sama memiliki permasalahan dengan ayah. Ketimpangan dari ikatan sosial di dalam keluarga, ini yang memicu mereka untuk mencari pengganti atau pelampiasan.
Tidak hanya itu saja, ikatan sosial baru dalam bentuk pernikahan yang mereka bangun melalui hubungan online, juga menimbulkan masalah. Pernikahan ini justru yang semakin menarik mereka untuk masuk dalam kelompok atau bahkan memperkuat alasan mereka untuk tetap berada di dalam kelompok.
Faktor kedua, sense of belonging, muncul sebagai subsitusi terhadap ketimpangan ikatan sosial yang muncul. Muncul perasaan diterima dan diharga yang lebih besar di dalam kelompok. Perasaan diterima ini juga bisa muncul karena adanya berbagai persamaan, seperti persamaan situasi, persamaan perjuangan, atau persamaan cara pandang.
Oleh karena itu, dengan memahami faktor pendorongnya, maka penting untuk dapat memberikan solusi pada faktor yang sama. Ikatan sosial yang mampu memberikan dampak positif harus dapat diperkuat. Selain itu, menciptakan ruang di masyarakat dan keluarga bagi siapa saja untuk dapat diterima dan dihargai juga penting untuk dilakukan.