“Pacar baru nih? Kece banget, sist! Kenal dari mana?”
“T****r! Hahaha”
“Wah, main B***o ya lo? Yaelah, kayak nggak bisa cari pacar langsung aja”
Beberapa dari kita kayaknya sudah nggak asing dengan percakapan ini ya? Entah hanya sebagai pendengar atau justru sebagai si pelaku. Nggak perlu malu, karena mak comblang jaman now memang sudah tidak lagi berwujud manusia, melainkan aplikasi kencan online. Cukup dengan bermodal smartphone, kita bisa ‘belanja’ berbagai jenis aplikasi kencan online di Playstore atau Apple Store, tinggal pilih yang sesuai dengan ‘kebutuhan’. Kebanyakan aplikasi ini bisa diunduh secara gratis dan ada biaya tertentu hanya jika kita ingin menikmati fitur tambahan.
Nggak jauh beda kayak tukang martabak yang tiba-tiba hits dengan rasa-rasa baru lalu diikuti oleh penjual martabak lainnya, begitu pula dengan aplikasi-aplikasi ini. Tipenya sama saja antara satu dengan yang lain: geser ke kiri kalau nggak suka, geser kanan kalau suka, screenshot kalau ternyata ketemu akun pacar sendiri #ups. Fitur chatting juga tersedia sebagai langkah pertama menebar modus-modus bulus.
Aplikasi kencan online memang tampak menggiurkan karena kita bisa mencari kandidat-calon-pacar tanpa harus mengeluarkan ‘modal’. Nggak perlu buang uang untuk nongkrong di kafe atau meneror teman sendiri agar dikenalkan dengan teman-temannya yang jomblo. Selain itu, dunia online yang tanpa batas membuat kita juga bisa mencari ‘kandidat’ atau bahkan memiliki pacar beda kantor, provinsi, negara, bahkan kewarganegaraan, yang mungkin sulit kita temukan dalam lingkungan pertemanan kita sehari-hari. Beberapa teman saya memiliki pacar warga negara asing (WNA) dengan pekerjaan mulai dari staf hingga direktur. Yah.. asalkan nggak beda tujuan hidup aja, kamu maunya nikah sama dia… tapi dia maunya balikan sama mantan #nah.
Namun, dengan siapapun kita menjalin hubungan, kita tentunya sepakat kalau setiap hubungan seharusnya dibangun dari keterbukaan, kejujuran dan rasa saling percaya. Proses ini dijalani lewat perkenalan dalam waktu yang pastinya nggak singkat. Sedangkan sosial media biasanya hanya menunjukkan seseorang dari sisi tertentu saja. Ini adalah resiko besar yang seringkali kita abaikan. Penipuan dan pemerasan merupakan hal yang rentan terjadi, tapi sering nggak kita sadari karena keburu dibutakan cinta. Sebagai contoh, seorang pekerja migran di Singapura mengaku pernah ditipu SGD 8000 oleh pacar yang dikenalnya lewat online dan dia tidak bisa berbuat banyak karena ternyata pacarnya tersebut menggunakan identitas palsu dan langsung memutus kontak.
Selain itu, biasanya aplikasi ini menyebabkan kecanduan-yang-tidak-bisa-dipenjarakan, loh! Kalau kamu bertemu si doi lewat aplikasi online, memangnya kamu yakin si doi nggak akan main aplikasi itu lagi walau sedang menjalin hubungan denganmu? Kalau sudah begitu, kamu bisa apa selain galau dan menyindir si doi dengan quote galau di Instagram story?
Gambar: instabill.com